Jauh hari sebelum acara konfrensi Non Blok digelar di Teheran pada akhir Agustus ini , Iran sudah mengutus Wapresnya Ebrahim Azizi untuk mengundang secara langsung presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono agar menghadiri konfrensi negara-negara yang tidak menganut blok manapun.
Berbeda dengan dengan pemimpin Indonesia, beberapa pemimpin kelas dunia sudah memutuskan untuk menghadiri acara tersebut seperti Korut,India, Mesir dan bahkan sekjen PBB Ban Kii Moon. Sikap pemimpin Indonesia tak ubahnya seperti dalam menghadapi hal hal krusial dalam negri yang selalu "loading"  (istilah per-hp-an). Loading ini akan bertambah parah mana kala disusupi pertimbangan yang bisa mencederai hubungan baik dengan sang Paman, Sam. Padahal undangan ini sudah disampaikan secara langsung pada  hari Jumat, 22 Juni 2012 , seharusnya sudah dapat memutuskan tentang kehadiran dan tidaknya hari hari kemarin sebelum pemimpin negara lain memutuskan karna Indonesia nampaknya mendapat perlakuan khusus dari Iran dan kabarnya staf-staf yang akan meningkatkan hubungan bilateral juga sudah disiapkan oleh Iran.
Berbeda dengan konfrensi GNB di tempat manapun di dunia yang mendapat sambutan hangat dari Amerika dan anak emasnya Israel, GNB kali ini mendapatkan sorotan serius dari kedua negara ini  yang tidak menginginkan Iran mendapat angin segar untuk menuai dukungan atas program nuklir dan segudang masalah yang dihadapi Iran karna aksi sepihak yang dimotori oleh dua negara ini.
Meski kental dengan rivalitas sengit , keputusan mengejutkan datang dari Sekretaris Jendral PBB Ban Kii Moon yang akan menghadiri KTT ini keputusan  mana menjadikan Israel dan Amerika kebakaran jenggot. Tentangan sangat keras datang dari Netanyahu , perdana mentri Israel yang mengusuh dalih bahwa Iran tidak mengakui adanya Holocaust dan bahkan menyangkal keberadaan Israel. Namun Ban menolak dalih Israel tersebut bahwa t idaklah bijaksana untuk tidak menghadiri KTT ini karna Iran adalah anggota organisasi International yang dipimpinnya dan tidak menghadiri KTT ini bukanlah pilihan yang tepat
Tak bisa dipungkiri, Iran memang menaruh harapan besar  kepada Indonesia untuk sama-sama menjadi pioner dalam menghadapi hegemonitas Amerika dan ketidakadilan yang dimainkannya di kancah dunia. Beralasan pada beberapa kesamaan latarbelakang agama dan budaya serta sama-sama menjadi founding fathernya GNB yang membidani kelahirannya di kala perseteruan blok barat dan timur memanas pada beberapa dekade sebelum era Millenium, hal ini tidaklah berlebihan. Justru akan terdengar aneh jika menjadi pengekor salah satu blok sedangkan keikutsertaan di dalam GNB tidak ditanggalkan sehingga identitas menjadi jelas "totally inside or outside".
Di luar memanasnya pro dan kontra GNB kali ini , yang pasti akan menjadikan Amerika dan Israel panas dingin sambil melihat detak jam agar hari-hari dilaksanakannya KTT ini cepat berlalu agar sesak di dada pempimpinnya ini terlepas bebas.
Beyond that..keputusan SBY untuk hadir dan tidak akan memperjelas penyebab "loading"itas yang selama ini selalu menjadi tontonan yang membosankan.
Nurkholis Ghufron
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H