Kita sering kali menyalahkan pemimpin yang kita pilih ternyata tak sesuai dengan harapan. Kita lupa bahwa momen antara sebelum terpilih dan sesudahnya sangatlah berbeda. Sebelum terpilih, sang calon presiden juga sama sama enteng mengumbar janji dalam masa kampanye karna syahwat ingin 'menyelamatkan' rakyat sangat tinggi meski itu bisa sebatas topeng agar rakyat ikhlas memilihnya. Dia juga tak menyadari jika setelah terpilih semua peta jalan menuju pintu kemakmuran itu akan berubah atau bahkan tertutup jika tak menggunakan pintu darurat.
Tapi waktu terus menipis sedangkan pintu itu belum juga ditemukan. Segala usaha telah dioptimalkan dengan baik namun secercah harapan itu hanya semu atau kadang malah sekedar lamunan.
Kita mungkin tak menyangka bahwa dia, sang Presiden terpilih lebih merasa kesendirian sekarang ini dibanding ketika beberapa tahun yang lalu duduk di lantai toko mebelnya untuk bersantai membicarakan omzet penjualan mebel yang sedang menanjak. Kita mungkin tak mengetahui, kegalauan Presiden Jokowi meski seluruh istana dipenuhi oleh manusia yang mengamankan tubuhnya dari jamahan orang orang yang frustasi atas kebijakan ekonomi yang tak kunjung ber efek positif.
Jika saja doaku mustajabah, tentu saya akan doakan beliau agar semua usahanya sukses, hatinya tenang dan keluarganya bahagia. Meski bukan Jokower, ini bukan saat yang tepat untuk bersikap egois bahwa negara ini akan lebih baik jika pilihan saya terpilih. Karna itu, dikabulkan atau ditangguhkan mari kita doakan beliau agar kuat dan tabah dalam menyeleseikan semua tugas sampai akhir masa jabatan. Jangan lagi ada yang turun di tengah jalan karna itu akan sangat menyakitkan baik bagi individu maupun golongan tertentu.
Seorang pujangga Arab mengatakan...
لو أني أعلم أن لي دعوة مستجابة لصرفتها للسلطان
“Seandainya aku tahu bahwa aku memiliki doa yang mustajab (yang dikabulkan), maka aku akan gunakan untuk mendoakan penguasa.”
[caption caption="Presiden Jokowi. Dokumen Besnu.com"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H