Mohon tunggu...
Nurkholis Ghufron
Nurkholis Ghufron Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni MI Darussalam Padar, Mts Darussalam Ngoro, Darussalam Gontor 94, berwirausaha, Suka IT...To declare does'nt mean to be Proud of. It rather than to be thankful to teachers and carefully behaviour...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Di Mana Allah?..."

10 September 2012   03:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:41 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok Kaskus) Temaram sinar matahari padang pasir ketika akan masuk ke peraduannya, seorang anak muda yang menggembala ratusan kambing di kampung dekat Madinah ini menghalau kambing  gembalaan  memasuki kandang kayu yang rapuh . Rona wajahnya yang tersingkap oleh redupnya sinar matahari nan kemerah-merahan menyimpan rasa kesal di hatinya hampir saja terkubur oleh muramnya langit sore hari hal itu karna seorang yang tidak dikenalnya tiba -tiba mendatangi tempatnya menggembalakan kambing dengan maksud membeli kambing milik juragannya yang digembalakannya. "Bolehkah saya membeli kambing mu ini?"Tanya pria tadi. "Tidak boleh ,karna ini bukan milik saya.Saya hanya menggembalakannya dengan upah harian dari juragan saya!" Jawabnya polos. "Bagaimana kalau harganya saya naikkan dari harga umum?" pria tadi menaikkan tawaran agar diterima negoisasi alot ini. "Tidak !! aku tidak mau"Jawabnya tegas. " Begini saja..harga aku naikkan dua kali lipat dan separo daging ini aku sedekahkan kepada ayahmu yang di rumah atau ibu mu yang sangat membutuhkannya. Dia pasti senang kalau kamu pulang membawa daging.. Juraganmu takkan tahu..di sini  kan serigala banyak..itu alibi yang sangat kuat bahkan nabi Ya'kub pun butuh puluhan tahun untuk mengetahui bahwa anaknya Nabi Yusuf  ternyata tidak dimakan serigala..bagaimana mungkin juraganmu yang bukan Nabi bisa tahu seketika!!!" Pria tadi mendesak dengan memberikan argumentasi yang menggiurkannya karna kata 'ibu' dan 'ayah' adalah mutiara baginya. Namun tiba-tiba darah anak ini menaik melalu lehernya yang lusuh dan menyebar keseluruh muka nya dan hampir-hampir matanya yang hitam berubah kemerah-merahan pertanda puncak amarah sedang terjadi. "Jika aku jual kambing juraganku hanya karna dia tidak mengetahuiku maka 'Dimanakah  Allah' Tuan yang mulia ?" "Aina llah..Di mana Allah Tuan ketika saya membawa pulang uang itu dan memberikan  daging haram ini kepada ibu bapakku hasil dari kolusiku bersama tuan dan kami memakannya ...maka di mana Allah?" " Jika aku bohongi Juragan ku bahwa ia dimakan serigala ,ketika aku berbohong kepadanya ...fa ainallah ..maka dimanakah Allah..Ainallah tuan?." Suara keras  di siang bolong itu secepat kilat menuju gegunungan yang bergema dan setiap gema itu menyautinya sehingga bersautannya suara kejujuran dari penggembala kambing yang di tengah padang pasir yang tidak bertepi. Namun "Ainallah" itu tidak cukup digemakan oleh gegunungan tapi juga angin padang pasir yang ganas menjadi jinak karna kata -kata sang gembala ini. Pria tadi berdiri bak patung terhenyak oleh kejujuran penggembala kambing ,  air matanya tidak terasa mengaliri dua sisi hidungnya, terharu oleh kejujuran sang penggembala..kemudian saya bisikkan kepada pria yang berdiri bak patung tadi bahwa kalau seandainya ada 1000 orang di negeri antah berantahnya Justin Beiber niscaya KPK tidak perlu lagi didirikan. Namun bisikan saya tak didengarnya karna ada sekat waktu ratusan tahun antara dia dan saya. Akhirnya, sang pria tadi memerdekaan sang penggembala kambing dengan membayar nilai kepada Juragan di mana ia menggembalakan kambingnya. Narasi Oleh Nurkholis Ghufron

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun