Mohon tunggu...
Nurkholis Ghufron
Nurkholis Ghufron Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni MI Darussalam Padar, Mts Darussalam Ngoro, Darussalam Gontor 94, berwirausaha, Suka IT...To declare does'nt mean to be Proud of. It rather than to be thankful to teachers and carefully behaviour...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tomcat: Beda Indonesia dan Beda Iran

17 Agustus 2012   00:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:38 4410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tomcat adalah pesawat perang yang menjadi andalan US Navy dalam beberapa dekade yang lalu. Kehebatan Tomcat sempat didongkrak oleh film Hollywood yang dibintangi oleh Tom Cruise pada era tahun 90 an, Top Gun.

Sebagai sahabat Amerika, Iran yang pada waktu itu dipimpin oleh Mohammad Reza Pahlavi, Kerajaan Syah mendapatkan prioritas supply senjata dari negri Paman Sam. Perlu digarisbawahi bahwa tidaklah mudah untuk mendapatkan paket pembelian senjata massiv total mencapai 80 pesawat meski hanya 79 yang sukses diterima karna pesawat F-14 dengan seri 160377 F-14A 3-8049 masih tertahan di Amerika untuk tes  kelayakan terbang. Apalagi Pesawat tersebut  yang menjadi tulang punggung angkatan laut Amerika ini dengan ataupun  tanpa  pertimbangan politik maupun militer, tentu tidak perlu dipasarkan secara bebas dengan tujuan menjaga dominasi US Navy  diseluruh belahan dunia. Kalaupun dengan alasan mengimbangi pengaruh komunis terpaksa menjual 'burung besi' yang default ini, maka fitur-fitur kunci biasanya dimatikan.

Adalah suatu keanehan  bagi negara yang menyeleksi dengan amat sangat ketat produk senjatanya bahkan ke tingkat embargo suku-cadang hanya gara gara berbeda pendapat masalah cara pandang dalam HAM, malah memberikan senjata pamungkas kepada negara yang baru saja menjadi teman akrab tanpa berfikir jauh ke depan bagaimana jika pemimpinnya berganti baik konstitusional maupun dengan kudeta. Itulah Iran, negara yang beruntung itu.

Paman Sam tidak menyangka setelah semua proses pengiriman selesei dan pelatihan pilot da co-pilot ke tingkat yang hampir sama dengan kemampuan pilot Us Navy malah terjadi "malapetaka" dengan digulingkannya Reza Pahlewi dan dipaksa menyerahkan kekuasaan kepada Imam  Khameini yang menandai dimulainya Revolusi Islam Iran. Karna frustasi dan marah,  maka disulutlah perang yang seakan dipaksakan oleh Paman Sam  dan sekutunya untuk menjatuhkan Iran melewati tangan Irak yang pada waktu itu dipimpin oleh diktator Saddam Hussein. Irak menjadi anak emas Paman Sam dan sekutunya dan mendapatkan seluruh senjata baik yang boleh digunakan dalam peperangan maupun yang dilarang dalam konvensi Jenewa. Apapun kesalahan Saddam , Amerika tutup mulut.

Dalam perang face to face melawan pasukan Iran di udara yang dikenal dengan 'dog fight' ,  Angkatan udara Irak dipaksa kalah telak karna superioritas Tom Cat dalam pertarungan udara melawan jet jet Irak yang pada waktu itu mengandalkan jet bikinan Rusia. Keadaan ini memaksa komandan Tertinggi Iraq memerintahkan kepada pilot Angkatan Udara- nya untuk tidak melakukan pertarungan dengan F 14 dan "menjaga jarak' jika ada F-14 yang beroprasi di kawasan. Rupanya kehadiran Tomcat sudah cukup memberikan effek jera kepada  pasukan Saddam Hussein terutama di lini udara. Lusinan burung besi Iraq mulai dari Mirage F1s, SU-22, MiG-21, MiG-23, hinga  MiG-25 telah dijatuhkan oleh pilot-pilot Iran dengan F-14 dan mayoritas menggunakan rudal AIM-54A Phoenix .Kemenangan di udara ini juga menaikkan moral tentara Iran yang bukan hanya terdiri dari militer ( pengawal revolusi ) ansich namun gabungan dengan sipil dibawah arahan langsung spiritual pemimpin besar Iman Khomeini yang terkenal sangat militan itu dan tidak mengenal takut menghadapi kematian. Akhir skenario, dua negara bertetangga yang sama-sama muslim ini menghentikan peperangan setelah jutaan rakyatnya menjadi korban kebiadaban perang.

Benang merah yang bisa kita ambil adalah bahwa Tom Cat telah menjadi representasi dari petuah senjata makan tuan terutama bagi Amerika yang menjadi produsen burung besi ini. Semua itu tidak terlepas dari kebijaksanaan pemimpin besar   Revolusi Imam Khomeini yang meski memusuhi Amerika namun tidak membutakan logika. Sedari Awal revolusi keberadaannya dipertahankan dan terbukti pesawat -pesawat tersebut dengan gagah berani membela negara Persia ini dari ancaman luar , sampai sekarangpun pesawat-pesawat tersebut masih menjadi andalan Angkatan Udara Iran IRIAF dan dengan arahan beliau pula, proses upgrade dan perudalan dengan menggunakan sumberdaya lokal menjadi tulang punggung dalam bertahan  menghadapi embargo selama 33 tahun dan mempertahankan pesawat yang semakin hari akan semakin lapuk dimakan usia tanpa ketergantungan dari produsen asalnya.

Tak ayal lagi, produsen asal yang nota bene musuh bebuyutan akan memutar otak dalam mengalkulasi seberapa canggihnya Tom Cat sekarang dibandingkan dengan Figther terbaru Sehingga dengan berkah  Allah Swt, skenarioNya telah terpenuhi yakni melawan keganasan hegemony Amerika dengan produk ciptaan Amerika sendiri.  Itulah Iranian Tom Cat. Beda dengan Indonesian Tom cat, yang merupakan ulat bulu yang menyerang beberapa wilayah di Jawa khususnya di Jawa Timur dan sekitarnya. Tom cat yang menyerang Jawa Timur ini telah menjadi momok masyarakat karna menyebarkan penyakit gatal yang hebat sampai kelihatan bentol bentol karna bisa yang disemburkan beracun. Harapan saya dengan perbandingan ini adalah, kita sekarang dengan mudah mendapat suply senjata dari Amerika walaupun tidak sama persis yang terjadi pada Iran, kalau Iran pada waktu itu menerima paket dalam keadaan terbungkus plastik alias baru, namun kita menerima F 16 dalam keadaan sudah bekas pakai dan kabar yang saya dengar membutuhkan biaya maintance yang tidak sedikit agar keadaannya bisa layak terbang. Setidaknya kita bisa memanfaatkan momentum kedekatan kita dengan Amerika sebaik mungkin untuk mendapatkan pesawat terbaru yang menjadi tulang punggung dari US Navy. Semua tidak mustahil karna pemerintahan RI sudah menjadi karib Amerika terutama dalam perang melawan terorisme yang digaung-gaungkan Amerika dan satu hal , bukanlah pesawat bekas yang boleh jadi menjadi besi tua jika kita tidak siap dengan 'jiwa mandiri' seperti yang dicontohkan oleh Iran kalau kalau sewaktu waktu terjadi perubahan kebijakan di White House terhadap Jakarta ke arah yang lebih buruk.

Nur Kholis Ghufron

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun