Mohon tunggu...
Nur Kholifah
Nur Kholifah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa PAI'19 IAIN JEMBER
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olip

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Materialisme

15 April 2020   19:22 Diperbarui: 15 April 2020   19:35 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Materialisme adalah paham yang bersandar pada alam materi. Paham ini juga tidak meyakini alam ghaib sebagai pengatur kehidupan manusia, tetapi yang mengatur adalah materi. 

Menurutnya pendidikan yang berkualitas itu pendidikan yang memiliki fasilitas yang memadai, semakin bagus fasilitasnya maka semakin bagus pendidikannya. Dan pendidikan yang berkualitas itu dilihat dari seberapa mahal membayarnya. 

Hal ini banyak dipikirkan oleh orang eropa dan kebanyakan orang indonesia mengikutinya. Dan aliran ini berpandangan bahwa materi dulu sebelum ide. Materi adalah sesuatu yang ada, sedangkan yang tidak terlihat itu tidak ada. Berikut adalah beberapa pemikiran tokoh filsafat materialisme adalah :

1.Ludwig Andreas Feurbach

Ia adalah filosof asal jerman. Ia juga murid dari hegel yang belajar tentang metode dialegtik. Tetapi dia menolak ajaran tersebuta karena menurutnya ajaran dari hegel ini harus diputar balikkan, karena yang mutlak itu bukanlah roh tetapi materi. 

Dan ia berpandangan bahwasannya kita ini terdiri dari materi dan manusia dan yang tidak nyata itu dapat dijadikan yang ada. Yang nyata dan benar adanya adalah manusia dan yang mutlak dan benar adalah materi. Dan materi itu berada pada manusia. Materialisme itu benar-benar bergantung pada kebenaran pada materi yang ada pada diri manusia.

2. DemokratisIa adalah seorang filosof yang termasuk di dalam masa antomisme. Ia merupakan murid daru liokipas (pendiri mas antomisme). Demokratis mengembangkan pikirannya tentang atom. 

Atom adalah suatu bagian yang begitu kecil, sehingga mata kita tidak dapat melihatnya. Ia beranggapan bahawa segala sesuatu berasal dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi-bagi. Pemikiran demokratis ini lebih dikenal dalam sejarah filsafat. Ia juga dikenal menguasai banyak keahlian, tetapi karya beliau tidak tersimpan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun