Aku Nurfi. Kalian bisa panggil Fifi, begitu orang rumah memanggilku. Aku ingin semua orang memanggil begitu agar senantiasa selalu merasa dekat, seperti keluarga.Â
Aku orang yang hangat, bukan? Yah, lebih tepatnya mungkin butuh kehangatan kala musim hujan begini. Hahahhah. Aku delapan belas tahun. Â Desember nanti sembilan belas. Hihihi....
Masalah percintaan tak pernah lepas dari kehidupan setiap insan. Termasuklah aku.Â
Aku tidak bisa memilih kepada siapa akan jatuh cinta, tapi selalu ada pilihan bagaimana motif kau ingin dicintai. Aku percaya itu, tidak tau bagaimana kalian merefleksikan sebuah cinta.Â
Ketika jatuh cinta, pasti ingin rasanya memiliki orang yang kita cintai. Aku juga begitu. Tetapi catat baik-baik, seberapa pun aku mencintai dan ingin menjadi bagian dalam hidupnya aku tidak akan pernah mau menjadi seorang untuknya melupakan seseorang.Â
Dia tau aku mencintainya. Itu sebabnya dia juga ingin aku menjadi bagian dalam hidupnya. Belum terlambat untuk aku ketahui, pengertian menjadi bagian dalam hidupnya ternyata tidak relevan dengan yang aku inginkan.Â
Yah, aku menjadi bagian dalam hidupnya sebagai seorang untuk melupakan seseorang.Â
Awalnya aku senang tidak terkira mimpi itu akhirnya terwujud, aku memilikinya. Tapi berselang beberapa detik dia mengutarakan maksud dan tujuannya aku jatuh setelah terbang terlalu tinggi dengan ekspektasiku sendiri.Â
Siapa yang mau hidup dalam bayang-bayang? Aku tidak mau! Sebesar apapun rasa ini tidak berharga lagi jika harus jadi bayangan.Â
Aku lebih memilih membumi hanguskan semua rasa ini daripada harus membayar hari-hari sesak bersamanya yang akan membunuhku perlahan dengan cara yang tak pernah terbayangkan.Â