Halo pembaca setia Kompasiana, apa cerita?
Semenjak Maret lalu, dunia pendidikan kita sudah berubah. Ini beberapa dampak dari pandemi yang sampai saat ini masih kita rasakan. Siapa yang bisa menduga kita akan mengalami hal ini. Masa-masa yang sangat sesak.
Kesulitan ini seolah datang bertubi-tubi. Semua orang kena imbasnya. Termasuk siswa/i. Sistem pendidikan pun sekarang harus optimal secara daring. Bagi mahasiswa belajar secara daring tentu bukan hal yang baru. Normalnya, 25% pertemuan dilakukan secara daring biasa terjadi tergantung keputusan institut terkait. Sekarang, 100% valid segala pertemuan, pembelajaran beserta kawan-kawannya di lakukan secara online.
Ini benar-benar menguji jiwa dan raga. Banyak huru-hara terkait hal ini. Mau bagaimana? Siap tidak siap mau tidak mau kita haru bisa secepat mungkin beradaptasi. Seleksi alam. Anggap saja begitu.
Yang paling cepat beradaptasi dari semuanya menurut hematku adalah tugas kuliah. Wow. Amazing!
Dewasa ini, tugas kuliah sudah berkamuflase menjadi Amoeba yang berkembang biak dengan cara membelah diri. Setiap hari terus bertambah. Tak peduli dosennya siapa. Semua sama saja.
Awalnya aku senang bisa punya banyak waktu lebih yang bisa aku habiskan bersama keluarga. Pikiran yang sangat positif memang diperlukan. Satu semester terlampaui. Alhamdulillah meski banyak kendala. Berharap semester depan bisa kembali seperti sedia kala. Ternyata tidak nyata.
Semester ini pun harus di lewati dengan tertatih. Beberapa minggu belakangan ini perkuliahan sudah dimulai. Masalah lama perihal kuota internet sekarang sudah dapat suntikan dari pemerintah. Sangat membantu. Tapi untuk tugas, dari dahulu kala sepertinya tidak akan pernah berubah malah bertambah seiring dengan kemajuan teknologi.
Cerita baru banyak mengalir, orang tua tidak sungkan berkeluh kesah dengan beberapa dosen. Teman-teman lebih ambyar lagi. Entah karena kurang hiburan, tapi ini memang menghibur.
Sebut saja Mawar. Salah satu mahasiswa Universitas Negeri di Medan. Mulailah berkeluh kesah. Sepanjang pandemi ini banyak mahasiswa yang pulang kampung. Termasuk mawar. Di kampung, dia bunga Desa. Dari Maret sampe sekarang ini, kuliah dari kampung tentu harus ekstra berjuang. Jaringan internet yang suka ngambek di tambah lagi tugas yang tidak bersahabat menjadi teman di keseharian.