Banyak sekali contoh nyata yang bisa kita ambil dalam kehidupan sehari-hari, yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung, secara sadar maupun tidak, sebenarnya bertujuan untuk membentuk kemandirian seseorang. Bagi saya, kemandirian terbentuk karena di awali dengan perhatian dan kasih sayang yang di berikan, yang kemudian di pahami, Â untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tanpa menggantungkan pada orang lain.
Dikutip dari kompasiana.com/nidaulhasanah kemandirian merupakan sikap atau perilaku yang ditunjukkan pada diri sendiri tanpa adanya pengarahan dari orang lain. Orang yang mandiri pasti akan melakukan atau mengerjakan sesuatu dengan kemampuannya sendiri serta tidak bergantung pada orang lain.
Dalam bentuk nyata, kita sering melihat contoh dari sekelompok anak ayam yang mengiringi induknya. Sambil sesekali berkotek, induk ayam dengan menggunakan kakinya, kemudian mencakar-cakar tanah, Â mencari biji-bijian atau cacing untuk dimakan anak-anaknya. Nah, apa yang bisa kita ambil dari kejadian yang kita lihat tersebut?
Kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa induk ayam yang memberikan makan anak-anaknya. Ketika masih kecil, belum bisa mencari makan sendiri, maka induk ayam memberikan contoh agar nantinya apa yang dilakukan dapat ditirukan oleh anak-anaknya, sehingga jika besar nanti mereka sudah tahu, bagaimana cara mencari makan.
Bahkan untuk seekor kucing, kadang kita sering melihat ada beberapa anak kucing yang kelihatannya seperti sedang berkelahi. Tahukah anda, bahwa sebenarnya itu bukan perkelahian yang sebenarnya? Mereka belajar mencakar atau menggigit, kemudian berlari, sebenarnya untuk menguji ketangkasan mereka bila sewaktu-waktu ada bahaya atau musuh yang mengancam.
Tak ubahnya seperti manusia, dari kecil, tahapan demi tahapan dilalui. Jika pertumbuhan sesuai dengan umur, berarti anak di katakan sehat dan baik perkembangannya, atau sebaliknya. Saat belum lancar berjalan atau masih tertatih-tatih, maka orangtua akan membantunya, membimbing, dan mendampinginya dengan penuh kasih sayang, hingga anak tersebut bisa lancar berjalan.
Di sini saya akan menyampaikan bahwa apa yang bisa saya tulis selama ini, tak lepas dari perumpamaan yang saya sebutkan sebelumnya. Walaupun memang agak menyimpang dari perumpamaan tersebut. Saya akan bercerita, kenapa saya bisa menulis. Sebelumnya saya, atau lebih tepatnya kami (=karena terdiri beberapa orang) belum bisa apa-apa dalam hal menulis. Kemudian kami tergabung dalam grup Jurnalis Warga (JW).Â
Berkat ketelatenan dan kesabaran menthor kami, pak Haji Ulum dan cak Adi, hingga sebagian dari kami di berikan kesempatan untuk bisa menulis di kompasiana. Senang rasanya bisa bergabung di kompasiana, walaupun dari saya sendiri belum banyak tulisan yang saya sumbangkan, itupun masih dalam level yang biasa-biasa saja.Â
Nah, selanjutnya tinggal bagaimana kita dalam mensikapi ini semua. Kita sudah diberi pengetahuan, wawasan untuk bisa menulis, memberikan  pengetahuan kepada orang lain, dan kita juga sudah di beri kesempatan untuk bisa membaca tulisan orang lain yang lebih senior di kompasiana, yang sudah tidak dapat di ragukan lagi kepiawaiannya dalam menulis, dan itu sudah memberikan manfaat yang luar biasa.
Nur Khasanah