Dengan Se-enak "Udel"-nya Belanda dan Inggris membelah Kalimantan dengan garis-garis lurus dan berbelok-belok diatas kertas bernama peta, dalam suatu pertemuan yang diakhiri dengan sebuah "Pesta Dansa."
"Tumasik"Â dan "Bengkuleen" ditukar bagai Cendera mata hari Valentine.
Secara romantis, Jayakarta dijadikan Ibukota, dengan alasan "Rindu" kampung halaman. "Jayakarta" mirip "Amsterdam" sama-sama rawan banjir, ooh...... sungguh halus perasaan "Para hidung Mancung, rambut pirang dan kulit transparan" ini.
Selesaikah "Dansa" mereka di 17 Aagustus 1945 ???
Ternyata, tarian mereka terus berlangsung hingga detik ini dan mungkin nanti, "SHELL" yang serasi berpasangan dengan "BP" dengan lincahnya menggarap "Ex-Tanah Jajahan" dalam irama "waltz," ditingkah oleh tepuk tangan "EXXON, CHEVRON, CONOCO dan teman-teman lainnya." Sementara para "Pembesar-Pembesar negeri" dan "Hulubalang" ikut pula manggut-manggut dalam "PESTA" ini dengan memakai peci.
Lantas Apa yang merdeka tanggal 17 Agustus 1945 ???
Yang Merdeka adalah INDONESIA, yakni sejumlah wilayah yang terdiri dari tanah dan air "EX-BELANDA." Dengan garis-garis dan titik-titik batas yang juga dibikinkan oleh "Belanda" beserta "teman-temannya," yang dengan garis-garis dan titik-titik itu pula "Tanah dan Air" ini akan tetap tergenggam ditangan, meski  telah merdeka. Garis-garis yang mungkin tak diharapkan Wangsa Syailendra, atau Patih Gadjah Mada. Garis-garis yang secara "matang" dibuat untuk menjadi "SUMBER BENCANA" di "JAMRUD KHATULISTIWA" ini.
Dengan garis dan batas yang dibuatkan oleh mereka itulah "KITA MEREGANG NYAWA" mencoba mendefinisikan "INDONESIA" dengan segenap jiwa dan raga kita.
Berbekal peta itulah, "DENGAN TERTATIH TATIH dan BERDARAH-DARAH" kita mencari "INDONESIA."
Garis-garis dan titik-titik yang membabat habis sejarah panjang NUSANTARA dengan segala latar budaya dan sumberdayanya.
Ke Pengadilan Perang di "Den Haag,"Â bisakah "KEADILAN" kita mohonkan ???