Mohon tunggu...
nurkala kalidasa
nurkala kalidasa Mohon Tunggu... -

saya tertarik tentang ramalan jayabaya, uga wangsit siliwangi tentang satrio piningit, ratu adil... saya mencoba menganalisa, ternyata saya menemukan hubungannya dengan ramalan nostradamus, dan hadits... saya juga coba menganalisa tentang noto nogoro, kedatangan dajjal secara spesifik... jika anda tertarik untuk mengetahui lebih lengkapnya, silahkan kunjungi http://nurkalakalidasa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memecahkan Misteri Wangsit Siliwangi, Memperkokoh Rasa Cinta Tanah Air

4 Maret 2010   10:49 Diperbarui: 4 April 2017   17:33 3900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aya nu wani ngoréhan terus terus, teu ngahiding ka panglarang; ngoréhan bari ngalawan, ngalawan sabari seuri. Nyaéta budak angon; imahna di birit leuwi, pantona batu satangtungeun, kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang. Ari ngangonna? Lain kebo lain embé, lain méong lain banténg, tapi kalakay jeung tutunggul. Inyana jongjon ngorehan, ngumpulkeun anu kapanggih. Sabagian disumputkeun, sabab acan wayah ngalalakonkeun. Engke mun geus wayah jeung mangsana, baris loba nu kabuka jeung raréang ménta dilalakonkeun. Tapi, mudu ngalaman loba lalakon, anggeus nyorang: undur jaman datang jaman, saban jaman mawa lalakon. Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis dipinda sukma.

Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.

Data:
- hanjuang = pohon yg daunnya berwarna merah marun juga biasa digunakan pada acara nadran syeh abdul qadir jaelani.

Analisa:
- rumah sp dibelakang sungai, dimana rumahnya dirimbuni (banyak) haandeleum dan hanjuang.
- sp menggembalakan tutunggul dan kalakay memiliki makna setiap pengembala baik kerbau, banteng atau apapun itu tau pasti apa yang digembalakannya dan tidak mungkin tertukar (moal pahili).
- berarti pemimpin yang mencari yang dipimpin (punakawannya). Berarti beliau dilengkapi alat pendeteksi untuk mengetahui sejatinya seseorang. Berhubungan dengan bait jaya baya 166 = “tidak mau dihormati orang se tanah Jawa tetapi hanya memilih beberapa saja”.
- Jadi selama piningit, beliau mengumpulkan dan mencari punakawannya (asuhannya), lalu dididik sehingga menjadi perwira perang.
- Sabagian disumputkeun, sabab acan wayah ngalalakonkeun. Engke mun geus wayah jeung mangsana, baris loba nu kabuka jeung raréang ménta dilalakonkeun = memiliki makna ada beberapa sosok asuhan yang hanya dipantau sp, tetapi belum saatnya ditegur. Jika sudah waktunya, sepertinya banyak yang akan menghadap sp untuk menjalankan tugas masing-masing. Dan mereka termasuk “orang tua”(yang sudah banyak menjalani lakon).
- berarti bisa dipastikan, selama masa dipingit sp sudah membuka jatidirinya terhadap beberapa manusia. Berhubungan dengan ramalan jayabaya 171 yang berbunyi: ”ada manusia yang bisa bertemu tapi ada manusia yang belum saatnya”.

*adapun jika tutunggul dan kalakay diartikan sebagai sejarah diri sp:
- berarti beliau mengumpulkan sejarah dirinya.
- disebutkan pada ramalan jayabaya beliau adalah titisan arjuna (sepertinya sejarah yang rumit karena jika di usut, sebelum arjuna dan sesudah arjuna hingga sekarang pastilah memusingkan).
- setelah menemukan sejarah dirinya (lakon yang pernah dijalani) beliau menjalankan lagi tetapi dirapel dalam satu masa (lakon semua zaman dilakukan dalam 1 sosok sp). Tetapi ada sebagian lakon yang masih disembunyikan, karena belum waktunya dilakonkan (mungkin lakon pangeran perang yang ada pada ramalan jayabaya).
- Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis dipinda sukma = memiliki arti sp menitis pada setiap zaman, sepertinya lakonnya serupa. Bisa disebut pangeran perang (yang pasti terkenal). Atau pemimpin yang adil. Mungkinkah sejati sp = sejati jayabaya, siliwangi ? mungkin bisa dihubungkan dengan nostradamus yang berbunyi: “kedatangannya sangat dinanti, tetapi dia tidak akan muncul lagi di eropa”. Berarti dulu sp juga di eropa jadi pangeran perang, raja arthurkah? Atau tokoh braveheart? Atau D’artagnan dan tiga musketer?. Nampaknya semua memiliki kesamaan yaitu sama-sama pangeran perang dan memiliki pedang sebagai ciri khas.
- jika sp bersenjatakan pedang maka berhubungan dengan nostradamus: “ia (man from the east) akan memimpin dengan sepotong besi (pedang)
- jika pemiliknya ada di nusantara maka begitu juga pedangnya (silahkan dicek kebenarannya)
- jika benar sp banyak lakonnya, berarti ada kaitan ke kalimat: “manusianya satu, maqamnya ngejuta”. Atau: “sewu sawiji”.

Engké, mun geus témbong budak angon! Ti dinya loba nu ribut, ti dapur laju salembur, ti lembur jadi sanagara! Nu barodo jaradi gélo marantuan nu garelut, dikokolotan ku budak buncireung! Matakna garelut? Marebutkeun warisan. Nu hawek hayang loba; nu boga hak marénta bagianana. Ngan nu aréling caricing. Arinyana mah ngalalajoan. Tapi kabarérang.


Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. Dipimpin oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah. Yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.

Data:
- pemuda gendut = orang yang rakus akan dunia (sifatnya berlebihan bisa juga diartikan dajjal).

Analisa:
- bait ini menggambarkan saat kemunculan sp. Dimana terdapat huru-hara di seluruh nusantara.
- jika huru-haranya besar, berarti saat itu sistim pemerintahan lumpuh. mungkin sesuai dengan tanda gunung meletus yang disusul 7 gunung. dalam skala besar, huru-hara belumlah terjadi.
- pada saat huru-hara tersebut munculah pemimpin-pemimpin organisasi pemusatan massa yang ingin berebut kekuasaan (menjadi pemimpin di tanah warisan leluhur). Mungkin disinilah negara ini pecah menjadi beberapa wilayah kekuasaan.
- perlu diperhatikan, yang eling (sadar) pun ikut terbawa walaupun pada awalnya hanya menjadi penonton. Mungkin pada saat itu terjadi, sebaiknya kita tidak menonton dan diam dirumah. Mungkin berkaitan dengan hadits yang berbunyi: “pada saat subuh terdengar suara yang menggelegar (huru-hara), jika itu terjadi segeralah bersembunyi dan tutup pintu jendela rapat-rapat (jgn menonton). Jika ya berarti sp = imam mahdi. Berhubungan dengan ramalan jayabaya : “kemunculan putera batara indra berbarengan dengan batara surya (pada waktu subuh).

Nu garelut laju rareureuh; laju kakara arengeuh; kabéh gé taya nu meunang bagian. Sabab warisan sakabéh béak, béakna ku nu nyarekel gadéan. Buta-buta laju nyarusup, nu garelut jadi kareueung, sarieuneun ditempuhkeun leungitna nagara. Laju naréangan budak angon, nu saungna di birit leuwi nu pantona batu satangtung, nu dihateup ku handeuleum ditihangan ku hanjuang. Naréanganana budak tumbal. sejana dék marénta tumbal. Tapi, budak angon enggeus euweuh, geus narindak babarengan jeung budak anu janggotan; geus mariang pindah ngababakan, parindah ka Lebak Cawéné! Nu kasampak ngan kari gagak, keur ngelak dina tutunggul.

Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné! Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun