Mohon tunggu...
Nur jasiah
Nur jasiah Mohon Tunggu... Novelis - Pelajar

nur jasiah masih menempuh pendidikan di bangku SMA kelas 1 jurusan IPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagi Kebahagiaan dengan Paket Pertama

31 Desember 2020   20:39 Diperbarui: 31 Desember 2020   20:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"berbagi kebahagiaan" kalimat yang semua orang ingin mewujudkannya. Kita sebagai makhluk sosial mempunyai rasa untuk saling berbagi kepada sesama baik itu tua, muda, dan anak-anak. Semua orang pasti sudah merasakan yang namanya “bahagia”. disini saya ingin bertanya Apakah kita akan benar bahagia jika apa yang kita inginkan dapat terwujud? Hmm,  mungkin kalian akan menjawab IYA, tapi apakah Tuhan telah mengabulkan semua yang kita inginkan? Nyatanya tidak semua yang kita inginkan dikabulkan oleh Tuhan jawabannya singkat ,karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk hambanya.

Hal ini pernah saya alamin , niat saya itu baik ingin memberikan kebahagiaan lewat sebuah paket yang dikirim untuk kakak saya yang berada di pulau Jawa, saya berharap paket ini sampai ke kakak saya dengan keadaan yang baik dan bisa dinikmati, namun sayangnya saat kakak saya menerima kiriman , ternyata paketnya rusak . Yah saya pun kecewa, padahal niat saya itu baik tapi Tuhan tidak mengabulkan harapan saya.

Ya perlu disadari itu kesalahan saya yang tidak packing  baik-baik paketnya. Maklum ya, itu paket kiriman pertama saya jadi, saya itu sempat mengalami kesulitan saat packing barangnya , kakak saya sih awalnya juga kecewa tapi ada hal yang dilakukan kakak yang buat saya jadi terharu ,ia tidak membuang paket kiriman, itu yang berisi makanan abon kering ia malah mencoba memanaskan abon itu, saya pun bertanya lewat video call dengan kakak saya, kak kenapa tidak dibuang kan paketnya sudah rusak ujar saya, dengan nada yang rendah ia menjawab “gak apa-apa kok, abonnya masih bisa dipanaskan, lagian pasti kamu capek bikinnya dan abonnya masih enak kok, ini kakak lagi makan”.

Mendengar ucapan kakak, saya senang ternyata kakak menghargai usaha yang saya lakukan. Dari sini saya belajar bahwa Tuhan akan membalas niat baik dari seorang hambanya dan saya juga sadar bahwa ketika Tuhan tidak mengabulkan harapan hambanya, disitu ada pelajaran berharga yang ingin diberikan kepada kita.

Well itu tadi kisah saya yang ingin berbagi kebahagiaan . Disini saya ingin menyampaikan bahwa hal yang tidak kita inginkan ternyata juga bisa memberikan kebahagiaan tersendiri dalam diri sendiri, dimana kita mulai memahami hikmah dari kejadian itu, serta mulai bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Tuhan. Sebenarnya sih berbagi kebahagiaan itu cukup sederhana contohnya menebarkan senyum kepada orang lain, memberikan hal kecil yang disukai oleh orang tua, dan masih banyak lagi.

Contoh lainnya yaitu JNE yang ingin memberikan kebahagiaan yang mereka rasakan setelah 30 tahun bersama dalam mengantarkan kebahagiaan untuk para konsumen, dengan mengadakan lomba writing competition yang bertemakan “berbagi kebahagiaan” ada banyak peserta yang ikut lomba dengan harapan yang sama yang pastinya menjadi pemenang dan ada banyak impian jika mereka akan menang ada yang ingin berbagi hadiah itu dengan keluarga, menyantuni anak-anak di sekitarnya, membeli kebutuhannya, dan masih banyak. Tapi pernah tidak kalian berpikir gimana cara Tuhan mengabulkan harapan peserta dengan impian yang sama untuk jadi pemenang sementara pemenangnya dibatasi?

Ya tadi sudah saya jelaskan tidak semua yang kita inginkan dapat terwujud, kenapa? Jawabannya singkat karena Tuhanlah yang mengetahui apa yang terbaik buat kita. Namun, kalian juga harus ingat bahwa apa yang tidak kita inginkan itu ternyata, juga bisa memberikan kebahagiaan tersendiri dalam diri kita. Dan satu kalimat dari Umar Bin Khattab yang menjadi pegangan saya kalimatnya berbunyi:

Aku tidak takut sesuatu hilang dari padaku, karena aku tahu selain takdirku tidak akan menjadi milikku. Aku pun tidak gelisah dengan sesuatu yang aku miliki kemudian aku kehilangannya, kenapa? Karena aku tahu sesuatu yang bukan jadi milikku bagaimanapun tidak akan pernah menjadi milikku. Begitu sebaliknya, aku tidak pernah risau dengan apa yang belum aku dapatkan saat ini, karena aku yakin jika itu semua akan kumiliki, maka akan datang dengan cara apapun”

Yah sekarang tinggal bagaimana tujuan dan niat kita yang ikut lomba, Tuhan maha mengetahui apa yang ada didalam hati hambanya, tinggal dari diri kita yang membangun kepercayaan kepada Tuhan apapun niatnya jika itu baik insya Allah akan terwujud , percayalah kita meminta yang baik kepada Tuhan, dan Tuhan akan memberikan yang lebih baik dari yang kita minta. ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun