Mohon tunggu...
Nurjannah Waris
Nurjannah Waris Mohon Tunggu... -

Makassar, 5 Mei 1992 Universitas Muhammadiyah Malang (Ekonomi Manajemen)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ceritaku di Panderman

3 Februari 2012   10:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:06 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat itu kami baru saja mengadakan Pameran Akbar Lentera yang bertema MOTION, dan salah satu senior di Lentera yang bernama Mas Bowo dan sekarang akrab dipanggil Ayah Bowo memberi usul untuk berlibur sembari menunggu waktu KRS-an tiba. Dan pada saat itu juga anak – anak menyetujui usul Ayah Bowo untuk muncak ke panderman, dan kebetulan dari dulu aku ingin sli naik gunung.

Beberapa teman yang tadinya mau ikut mundur alias tidak bisa ikut karena beberapa alasan, pulang kampung, capek dan ada kesibukan lainnya. Akhirnya yang ikut untuk acara dadakan ini adalah Ayah Bowo,Mas Hendrum, Bang Hasan, Mas Hayik, Mas Aundrey, Mbah Sawung, Mas Afan, Jamal, Nisa, Mba Dini, Mba Rahma dan aku. Yang ikut memang tidak sesuai harapan, tapi itu tidak mnyurutkan semangat resolusi 2011-ku. Yup, naik gunung.

Sabtu sore, 9 Juli 2011, kita ngumpul di Rumah Geje alias RGJ. Sekedar informasi, RGJ ini sebuah kost-an yang terletak di belakang UMM tepatnya bersebelahan dengan Rusunawa I. Karena RGJ ini sangat dekat Rusunawa I tempat tinggal kami (Aku, Nisa, Mba Dini, Mba Rahma), alhasil kost-an ini dijadikan rumah kedua setelah sekretariat Lentera untuk beraktivitas seperti lembur untuk garap karya, buat proposal, dan sharing sama orang-orang tua Lentera, secara sebagian besar penghuni RGJ ini adalah anak Lentera.

Oke, kita lanjutkan pembahasan yang tadi. Setelah menyiapkan semua keperluan, ba’da maghrib kami berangkat menggunakan sepeda motor menuju kaki Panderman. Di pertigaan Sengkaling kami berhenti untuk menunggu Ayah Bowo membeli gas. Mas Hendrum yang tadinya tidak bisa ikut, tiba-tiba muncul bersama Ayah Bowo. Ternyata dia dijemput paksa pada saat sedang mencuci di kontrakannya. Hahaha. Setelah itu kami langsung berangkat.

Kami tiba di Kaki Panderman pada saat warga desa sedang shalat Isya berjamaah di Musholah. Dan tidak ada satu pun dari kami yang sholat pada saat itu, Astaghfirulloh. Ckckck. Huft. Hiks hiks (kok jadi alay gini ?). Lalu motor-motor dititipkan di salah satu rumah warga, dan tentunya dikenakan tarif nitip alias parkir. Sebelum berangkat ke atas, kami menyempatkan untuk makan gorengan karena perut sudah keroncongan.

Kami mulai mendaki sekitar jam 8 malam. Aku semangat sekali pada saat itu, sampai berjalan paling depan. Jalur pertama yang kami lewati masih berupa paving block, sejauh ini aman dan tidak begitu begitu terjal walaupun sangat gelap. Kemudian jalur mulai memasuki hutan-hutan kecil, aku tidak tahu apa yang ada dipinggir kiri kanan jalan ini, karena sangat gelap. Senter yang dibawa pun sangat terbatas. Nafasku mulai susah diatur pertanda capek, aku memutuskan jalan agak belakang saja. Jalur mulai berpasir dan tentunya semakin menanjak sehingga mengotori celana yang kami pakai.

Di perjalanan aku lebih memilih banyak diam. Soundtrack film Gie, Cahaya Bulan dan Gie kuputar berulang-ulang melalui handphone chinaku yang berwarna putih. Diperjalanan aku sempat teringat artikel yang sempat aku baca di internet. Sepintas mengingat kata-kata dari artikel itu, orang yang mendaki gunung adalah orang yang berguru pada alam. Guru yang langsung diciptakan oleh Tuhan untuk mengajarkan sesuatu kepada kita. Jadi bisa dibilang orang yang berguru pada alam sesungguhnya telah berguru pada sang maha guru. Maha guru yang banyak memberi dan tak pernah meminta. Jujur, aku termotivasi dari kata-kata itu. Walalupun untuk ukuran aku yang baru pertama kali naik gunung ini bisa dibilang belum terlalu paham seluk beluk pendakian dan lain-lain, tapi aku merasa ada panggilan. Panggilan alam yang membuatku selalu gregetan untuk ke sana.

Beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat untuk minum dan melepas lelah sejenak sebelum akhirnya kami sampai di Puncak. Pada saat itu aku berfikir naik gunung itu memang sangat melelahkan, tapi entah kenapa aku sangat senang. Rasa capekku dikalahkan oleh semangatku. Di puncak sudah ada beberapa pendaki lainnya, yang telah membuat api unggun. Setelah menyimpan tas, kami langsung bergabung dengan pendaki itu untuk menghangatkan badan. Udara di puncak memang sangat dingin. Dan sialnya lagi kami tidak membawa perlengkapan yang memadai seperti tenda. Kami hanya mambawa sleeping bag, itu pun kurang. Setelah menghangatkan badan, aku membungkus badan di dalam sleeping bag. Dan seketika itu badanku terasa hangat dan langsung terlelap.

[caption id="attachment_158768" align="aligncenter" width="300" caption="kurang keseimbangan dan akhirnya ngglundung :D"][/caption]

Sialnya aku bangun kesiangan, sudah hampir jam 6. Mungkin karena terlalu capek semalam Niatku untuk melihat langit subuh di puncak Panderman gagal. Aku langsung keluar dari sleeping bag dan berkumpul dengan teman-teman yang sudah bangun lebih cepat. Tereng, it’s time to take a picture.

Setelah foto-foto, kami membereskan barang dan bergegas turun. Teman-teman pendaki yang lain sudah turun lebih dulu. Perjalanan turun ternyata hanya memakan waktu setengah perjalanan naik semalam. Tapi tidak mudah mudah juga, karena kami harus menahan berat badan untuk menuruni jalur yang cukup terjal dan berpasir. Kalau tidak berhati – hati bisa jatuh seperti Nisa dan Mba Dini. Hehehe. Perjalanan turun ini tidak lupa untuk mengambil gambar yang berlatar belakang pemandangan yang sangat indah. Subhanallah. Perjalanan ke Panderman ini sangat menyenangkan dan banyak memunculkan harapan-harapan baru untuk mendaki gunung lagi. Semoga masih mendapatkan kesempatan ke puncak Panderman dan puncak-puncak gunung lainnya.

Salam Budaya dan salam rimba. Hahaha :D

13282600771706816293
13282600771706816293

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun