Mohon tunggu...
NUR JANNAH
NUR JANNAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya main bulu tangkis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Wujud Itu Univokal

17 Oktober 2023   09:45 Diperbarui: 17 Oktober 2023   09:48 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Yang pertama, kata yang mempunyai arti yang berbeda dan khusus jika dikaitkan sesuai konteksnya dalam proposisi. Contohnya seperti kata “bisa” memiliki dua makna yaitu mampu dan racun. Makna bisa yang berarti mampu sepeti “ saya bisa menyelesaikan tugas saya” dan makna bisa yang berarti racun seperti pada kalimat “ bisa ular itu dapat mematikan”. Nah makna seperti ini itu merupakan kata ekuivokal.

Yang kedua, kata yang mempunyai satu arti dan makna. Maknanya yang satu dan dapat diterapkan pada beragam objek seperti kata “buah” dapat diterapkan kepada nanas, mangga, delima, jeruk, dan sebagainya. Makna seperti dinamakan univokal.

Apakah kata wujud atau maujud (ada, eksistensi, keberadaan)  yang digunakan dalam proposisi -proposisi yang beragam seperti manusia ada, hewan ada, tumbuhan ada, dan bebatuan ada, adalah univokal atau ekuivokal?

Apakah kata wujud (ada) yang dipredikatkan kepada manusia, hewan, tumbuhan, dan bebatuan memiliki makna yang sama atau beragam sesuai dengan konteksnya?

Menurut Mulla Sadra, keunivokalan konsep dan makna wujud adalah perkara yang gamblang dan jelas.

Kata wujud (ada) memiliki arti atau makna yang dapat kita pahami dari kata itu sendiri dan Ketika kita mendengar kata ini maka kita langsung bisa memahaminya. Kata wujud bisa kita bagi ke dalam bagian-bagian berdasarkan makna yang kita pahami.. Sesuatu yang dibagi ke dalam bagian-bagian yang beragam maka ia harus memiliki makna dan arti yang sama dan mencakup bagian-bagiannya.

Jika kita menganggap bahwa makna konsep wujud adalah ekuivokal (musytarak lafzhi), maka predikasi kata Wujud yang bermakna ”Ada” hanya bisa di predikasikan kepada satu objek saja, dan objek lainnya sudah pasti berbeda. Contohnya sebagai berikut: objek A Wujud, objek B Wujud, dan objek C Wujud. Jika makna Wujud berbeda tergantung pada predikasinya, maka sudah di pastikan makna Wujud pada objek A, B, dan C memiliki perbedaan makna. Kemudian konsekuensinya adalah hanya satu objek saja yang menyandang makna “Ada” dalam predikasinya. Misal dalam predikasi kata Wujud yang bermakna “Ada” hanya ada pada objek A, maka konsekuensinya adalah objek B dan C tidak bisa kita predikasikan kata Wujud (yang bermakna Ada). Nah, jika objek selain A itu tidak mengandung makna “Ada”, maka bisa dipastikan bahwa satu-satunya objek yang “Ada” hanyalah A saja. Kemudian selain dari objek A itu kita katakana apa?.

Nah, disini kita menganggap bahwa makna wujud itu ekuivokal. Maka ketika kita mengatakan bahwa “manusia wujud” dan “tuhan wujud” maka makna wujud pada manusia dan tuhan itu berbeda. Dan Ketika mengatakan manusia ada, maka makna wujud pada tuhan itu berarti selain ada (tiada).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun