Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pelukan Sang Pemimpin

22 Januari 2019   02:55 Diperbarui: 24 Oktober 2020   00:48 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.pinterest.com/pin/444449056953891445/

           

Jika pelukan itu menyehatkan jiwa dan raga, maka pelukan antara pak Boim dan pak Jayus menyehatkan penduduk desa. Pelukan cukup penting dalam sebuah relasi. Selain karena pelukan menghubungkan antara dua orang secara emosional, pelukan juga dapat menjadi ventilasi darurat untuk melepaskan stres.  

Adalah karena takdir-Nya melalui salah satu anaknya yang mempersatukan merea berdua, dua orang pemimpin berpelukan  meskipun kesehariannya mereka berdua bersitegang. Pelukan dan persatuan tersebut  sepertinya memang sesaat belaka, namun dampaknya cukup dahsyat buat penduduk desa. Dua pemimpin yang tampil adem di depan khalayaknya, membuat seluruh penduduk desa lebih adem dan damai.

Sebut saja pak Boim dan pak Jayus, mereka berdua adalah penduduk desa Mlayusakti. Awalnya Boim dan Jayus bersahabat. Bahkan Boim menjadi sponsor utama ketika Jayus mencalonkan diri menjadi Kepala Dusun. Boim adalah seorang pengusaha yang bekerja untuk mendukung kemenangan Jayus. Tidak hanya dukungan materi namun juga dukungan harta. 

Perjalanan Jayus mulus sehingga ia mendapatkan simpati dan kepercayaan penduduk desa untuk menjadi kepala Dusun Mlayusakti. Jayus puas, Boim juga puas. Jayus bahagia, Boim juga bahagia. 

Andainya dapat diukur maka  kadar kepuasan dan kebahagiaan Boim dan Jayus saat itu, ternyata kental dan pekat seperti pekatnya adonan cat dasar yang penuh warna asli sehingga tetap berkualitas meski telah tercampur berbagai "cairan kehidupan" yang penuh tipu daya.

Kalau kemudian mereka berdua bercerai sama sekali bukan kesalahan mereka. Perceraian mereka adalah perjalanan takdir . Jika dikaji secara logika dan emosional , maka akan menghasilkan daftar panjang dosa masing-masing yang tak kalah hebatnya. 

Daftar dosa itu dapat saja makin panjang apabila si penulis daftar maupun pembacanya berniat jahat dan berwatak provokatif menyikapinya. Dan ketika perseteruan Boim dan Jayus berada di puncaknya, tiba-tiba anak-anak mereka juga telah menyiapkan kubu lengkap dengan segala atributnya. 

Sebagai tetangga dekat satu desa, keluarga besar Boim dan Jayus tidak lagi seakrab dulu. Kini mereka dengan fasih membangun dunia internal mereka sendiri. Siapapun yang berbeda identitas dan dunia individu maupun dunia sosial dengan mereka dianggap orang luar (out group). 

Dunia yang dibangun juga dilengkapi dengan bahasa jarak yaitu kita dan mereka. Identitas, jargon , bahasa dan masih banyak lagi atribut kelompok yang membuat individu anggotanya makin kabur identitas pribadinya.

Perseteruan ini makin tajam ketika anak-anak Boim dan anak anak Jayus mulai saling intip dan curiga satu sama lain. Kalau kemudian anak-anak tersebut saling membandingkan kelompoknya ini juga sebuah kemajuan atau justru kemunduran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun