Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebongkah Rembulan Buat Ida

22 Desember 2018   15:31 Diperbarui: 22 Desember 2018   16:36 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Image diambil dari : muslim.or.id

"Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri"  (Hadist Riwayat: Bukhari dan Muslim)

Menatap rembulan di kala purnama penuh selalu mengingatkanku akan Ida. Ida, demikian panggilan sayang kami sekeluarga pada adik perempuanku yang ayu dan baik hati. Sepertinya Ida memang dilahirkan untuk menjadi ahli surga, hingga sang Khaliq tak rela ida berlumur dosa dan memanggilnya kembali dalam usia dini     ( belum genap 5 tahun).

"Mbak nur, aku ikut"

"Mbak nur, aku ikut"

Demikian selalu yang terucap dari bibir mungilnya yang berwarna merah dadu , bibir kecil yang indah ketika mengucapkan bismillah. Jika aku hendak pergi bermain di luar rumah , Ida selalu mengucapkan kalimat itu. Padahal aku hanya sesaat pergi bermain. Permainan sederhana bocah bocah cilik seusiaku dan waktu itu Ida yang lebih muda usianya dariku. Ida mengikutiku kemana aku bermain, dari permainan dakon (congklak), jamuran hingga petak umpet. Tentu saja Ida hanya sekedar menjadi anak bawang saja karena ia masih sangat kecil dibanding usiaku dan teman-temanku. Ida akan berjalan dan berlari sambil menggandeng tanganku. Aku tertawa, Ida juga ikut tertawa walaupun harus pulang dengan penuh keringat dan debu. Di rumah aku dan Ida harus berurusan dengan ibu dan para asistennya yang akan memaksa kami untuk mandi dan berganti baju.

Suatu hari aku dan Ida duduk di depan rumah, waktu itu aku sudah kelas nol besar dan Ida akan mendaftar kelas nol kecil. Ia bicara dengan bahasa bocah yang sangat polos. Baju babydoll berbunga bunga pink berwarna sama antara aku dan Ida, membuat kami selayaknya anak kembar saja.

"Mbak Nur, lihat bulan itu mbak"

"Aku ingin kesana, pasti disana indah sekali ya mbak"

"Iya Ida, mungkin disana lebih dekat ke surga. Dan kita enak sekali berada disana"

"Mbak janji ya, suatu saat kita akan bersama disana. Kalau Ida lebih dulu terbang ke bulan dan surga, mbak mesti sering baca doa buat Ida".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun