Mohon tunggu...
Nurjanahahah
Nurjanahahah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

Suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Satu Atap, Berbagai Keyakinan: Menyelami Perbedaan Golongan di Jumah Mosque Tibilisi, Georgia

16 Oktober 2024   13:46 Diperbarui: 16 Oktober 2024   13:53 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam secara harafiah berarti ketaatan, pengabdian, keamanan dan kedamaian. Berdasarkan makna di atas, maka umat Islam harus bersikap toleran, mampu menjamin keamanan, senantiasa menciptakan kerukunan, dan memberikan rasa aman terhadap sesamanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sikap toleransi sangat penting sebagai sarana pemersatu umat. Tanpa toleransi, kehidupan yang penuh pluralisme dan perbedaan tidak akan pernah bisa bersatu.

Toleransi atau Assamaha (Arab) adalah sebuah konsep modern yang menggambarkan sikap saling menghormati dan bekerja sama antar berbagai kelompok masyarakat, baik suku, bahasa, budaya, politik, atau agama. Oleh karena itu, toleransi merupakan sebuah konsep yang agung dan mulia, yang sepenuhnya sejalan dengan ajaran agama, termasuk Islam.

Toleransi merupakan doktrin mutlak dalam Islam. Islam, menurut definisi, adalah agama perdamaian, keamanan, dan pengabdian. Pengertian Islam yang demikian sering dirumuskan dengan kata-kata: "Islam adalah agama yang rahmatal lil alamin (agama yang menjaga seluruh alam)" Artinya Islam selalu menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati, bukan paksaan.

Penerapan toleransi ini juga diberlakukan pada sebuah Masjid yang ada di Tibilisi, Georgia (Jumah Mosque). Hanya 10% penduduk beragama Islam yang ada di Georgia, negara yang mayoritas beragama Kristen. Jumah Mosque merupakan masjid pertama di Georgia dan merupakan satu-satunya masjid di Tibilisi dimana dua golongan (Sunni dan Syiah) beribadah dalam satu atap dengan 2 mimbar berbeda. Mereka melakukan ibadah dalam 1 waktu yang sama dengan imam yang berbeda juga. Mereka melakukan ibadah Bersama dengan imam yang berbeda tetapi mereka saling menghormati keyakinan mereka masing-masing tanpa adanya perdebatan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun