Ini Kampung Saya
17/01/2018
Saya akan menceritakan tenteng kampung halaman ku:
      Nama saya Nur Izzati saya lahir di Aceh saya anak kedua dari 5 bersaudara, saat ini saya kuliah di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Walau pun saya tinggal dikota Banda Aceh tetapi saya selalu teringat dengan kampung halaman saya. Kampung saya letaknya sangat strategis. Kampung saya di Aceh Selatan Kecamatan Kluet Selatan Disana terdapat gunung-gunung sawah-sawah dan laut yang terbentang luas dengan pemandangan yang sangat indah dan bagus. Meskipun tidak ada mol dan gedung-gedung mewah di Aceh Selatan banyak terdapat wisata yang bagus untuk refresing. Seperti air terjun Ie Dingin, air terjun Tingkat Tujuh, sungai Arga Panjupian, Pantai Bidadari, Tapak dan Tongkat Tuan Tapa dan masih banyak lagi tempat yang sangat indah.
      Dikampung saya banyak sekali yang menikah muda, tetapi tidak dengan saya karena saya ingin maju dengan jaman sekarang ini harus punya karier dan pegangan hidup untuk masa depan dan membahagiakan kedua orang tua. Rata-rata penduduk kampung saya muslim semua seandainya ada yang berbeda agama hanya pendatang saja. Suasana disana pada saat pagi hari semua orang mempunyai aktivitas masing-masing, para petani pergi ke kebun atau ke sawah, bagi anak-anak yang sekolah pergi ke sekolah, dan guru-guru pergi mengajar.Â
Pada siang hari mereka semua berkumpul dirumah untuk istirahat para petani melanjutkan kembali kegiatannya setelah istirahat tepatnya setelah jam 2 siang. Pada sore hari dikampung saya yang banyak terlihat adalah anak-anak remaja, mereka juga mempunyai kegiatan masing-masing pada sore harinya ada yang main voly, bermain bola kaki, dan banyak juga yang membantu orang tua mereka ke sawah. Bila magrib tiba bagi bapak-bapak dan anak lelaki pergi ke mesjid untuk shalat berjamaah dan perempuan tetap dirumah berbeda sekali dengan dikota. Bila di Banda Aceh saya melihat ketika magrib jalanan masih ramai, laki-laki perempuan masih banyak yang nongkrong di cafe-cafe/warung.
      Sebenarnya masyarakat kampung saya ini cukup ramai, namun terlihat sepi jika dalam waktu kuliah karena kebanyakan dari kami juga kuliah di luar, tetapi ada juga yang memilih untuk kuliah dikampung. Kampung ini akan teerlihat sangat ramai ketika libur, karena semua mahasiswa pasti akan pulang apa lagi ketika bulan Ramadhan semuanya akan berkumpul, semua orang rantau pasti akan pulang.Â
Jadi suasana dikampung pun akan terasa berbeda dan lebih terasa hidup. Karena jalanan akan sangat ramai. Nah ada lagi yang unik di kampung ini, disana juga menggunakan bahasa yang berbeda-beda seperti bahasa Aceh, Jame, Kluet dan sebagainya. Tetapi ditempat saya tinggal khususnya menggunakan bahasa Jame, bahasa itu mirip sekali dengan bahasa minang.
      Desa saya itu namanya Kedai Runding, apabila musim hujan datang dan hujan tidak berhenti sampai 2 minggu kampung ini juga mengalami kebanjiran. Biasanya setiap tahun sekali dikampung memang ada banjir dan itu terjadi ketika musim hujan. Apabila banjir datang tempat yang terkena rendaman air itu adalah pasar dan rumah warga sekitar pasar dan lapangan bola, biasanya air akan surut kembali paling lama dua hari satu malam.Â
Walaupun begitu saya senang tinggal dikampung ini, kampung yang mempunyai banyak cerita. Sekarang ini kampung saya sudah sedikit maju dari pada sebelumnya, sesekali pulang kampung saya selalu melihat perubahan yang terjadi seperti mesjid sekarang sudah lebih bagus dari sebelumnya, ada banyak toko-toko yang dibangun, banyak cafe-cafe yang sudah berdiri, sudah ada tanggul dilaut Suaq Bakong, dan kebun binatangnya sudah lebih banyak hewan-hewan yang berbeda-beda.
      Sudah enam tahun saya pergi merantau untuk menuntut ilmu saya merasa banyak sekali perubahan yang terjadi, saya sangat senang dengan perubahan itu semoga saja ke depannya dapat lebih maju dan berkembang. Namun, saya juga berharap walau pun kampung ini sudah maju dan berkembang tetapi tidak merubah budaya dan adat yang ada. Saya merasa budaya dan adat yang sudah ada sangat cocok dengan kampung ini.