Universitas Airlangga - Pandemi COVID-19 menciptakan fenomena baru yaitu loneliness pandemic yang membawa dampak besar pada kehidupan sosial kita. Langkah-langkah dalam mencegah penyebaran virus, seperti lockdown, isolasi diri, dan work from home justru perlahan mengikis interaksi sosial. Di era new normal saat ini, dimana interaksi sosial sudah mulai kembali, banyak individu yang sudah terlanjur nyaman dalam kesendiriannya yang ternyata menyebabkan perasaan kesepian akibat isolasi berkepanjangan. Hal ini menunjukkan bahwa kesepian sendiri bukan hanya masalah sementara, tetapi menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan serius.
Isolasi diri yang diterapkan selama pandemi telah mengubah cara kita dalam berinteraksi. Penelitian menunjukkan bahwa kesepian kronis dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan stress. Bahkan secara fisik, kesepian dapat dikaitkan dengan gangguan tidur dan penurunan imunitas tubuh. Meskipun pembatasan sosial mulai dilonggarkan, dampak psikologis ini tetap akan mengurangi kualitas hidup individu dalam jangka panjang.
Disisi lain, teknologi menjadi alat penting dalam mengatasi kesepian di masa COVID-19. Video call dan berbagai platform media sosial memudahkan kita untuk tetap terhubung dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun meskipun secara fisik terpisah. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan media sosial kadang justru semakin memperburuk rasa kesepian kita. Ketika melihat teman atau orang lain tampak bahagia dan sukses hal itu terkadang akan memunculkan rasa terasing dan tidak berharga. Oleh karena itu, penting untuk kita agar lebih bijak dalam menggunakan teknologi dan tidak sepenuhnya menggantikan interaksi tatap muka.
Menyadari dan mengakui rasa kesepian adalah langkah pertama untuk mengatasi hal ini. Kita perlu menyadari bahwa kesepian adalah masalah yang memerlukan penanganan intens. Namun, fakta saat ini, banyak dari kita yang merasa malu dan enggan untuk mengakui perasaan mereka karena dianggap sebagai kelemahan dan stigma ketidakmampuan dalam bersosialisasi. Padahal, dengan menyadari dan mengakui perasaan diri sendiri, kita dapat mengenali kebutuhan emosional dan mengatasi permasalahan mental kita.
Setelah kita menyadari rasa kesepian itu sendiri, langkah selanjutnya adalah mulai membangun hubungan sosial yang lebih baik. Ada banyak cara untuk membangun hubungan sosial yang baik, yang pertama, dengan mengikuti komunitas kelompok yang sesuai dengan minat masing-masing. Kegiatan seni seperti menggambar, menulis, dan melukis juga dapat menjadi jalan pintas untuk memperbaiki mental kita. Kedua, mempraktikkan mindfulness dan rasa syukur juga dapat membantu kita menemukan kedamaian dalam kesendirian tanpa merasa kesepian. Terakhir, menyediakan ruang untuk beradaptasi dalam rasa kesepian itu sendiri juga merupakan bagian dari proses penyembuhan. Adaptasi disini maksudnya baik bagi kita untuk dapat berhenti sejenak mengenal diri lebih dalam agar dapat menerima rasa kesepian itu.
Jika rasa kesepian itu sudah sangat mempengaruhi kualitas hidup kita, sangat disarankan untuk segera menemui bantuan profesional seperti konselor atau psikolog. Konselor atau psikolog dapat membantu kita untuk memahami akar dari kesepian dan memberikan dukungan melalui terapi kognitif dan perilaku untuk membantu kita dalam mengelola emosi secara lebih terarah dan terencana. Selain itu, kita bisa sekadar mencurahkan perasaan kita tentang keseharian untuk membantu menangani rasa kesepian kita. Terlebih lagi, saat ini, teknologi memudahkan kita untuk bisa menggunakan layanan kesehatan mental bersama profesional melalui online yang dapat kita akses dari rumah.
Meskipun pandemi telah memperburuk kesehatan mental kita dengan menciptakan fenomena loneliness pandemic, tetapi hal itu juga yang membantu kita untuk lebih belajar tentang pentingnya hubungan sosial yang baik dalam kehidupan. Dengan refleksi yang positif, kita bisa mengambil manfaat dari pengalaman kesepian kita untuk meningkatkan kualitas diri dengan mengenal jati diri. Kita belajar untuk menemukan kebahagiaan dari diri sendiri tanpa bergantung pada validasi orang lain. Selain itu, pengalaman ini mendorong kita untuk lebih peduli terhadap interaksi hubungan sosial. Kesepian yang berhasil diatasi memberi kekuatan pada diri sendiri dalam menghadapi tantangan emosional kedepannya dan membantu untuk lebih percaya diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H