Mohon tunggu...
Nur Izza
Nur Izza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

menonton

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Problematika Guru di Kabupaten Muratara

18 Juli 2024   18:18 Diperbarui: 18 Juli 2024   18:23 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PROBLEMATIKA GURU DI KABUPATEN MURATARA

Kabupaten Musi Rawas Utara atau yang lebih dikenal dengan nama Muratara merupakan salah satu daerah di Sumatera Selatan yang menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan khususnya di bidang pendidikan. Sebagai kabupaten yang relatif baru, Muratara menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait guru dan tenaga kependidikan. Di bawah ini adalah beberapa permasalahan utama yang dihadapi guru di kabupaten Muratara.

Kualitas dan kuantitas guru di kabupaten Muratara merupakan masalah yang serius. Banyak sekolah yang kekurangan guru, terutama pada mata pelajaran tertentu seperti matematika, sains, dan bahasa Inggris. Akhirnya, posisi pengajar yang kosong pada bidang ini harus diisi oleh guru-guru yang kurang berkompeten dan tidak memiliki pengetahuan mendalam terhadap materi pelajaran. Kurangnya guru yang memiliki kualifikasi memadai dalam mata pelajaran penting tersebut tentu berdampak besar pada kualitas pendidikan di wilayah tersebut.

Guru di kabupaten ini juga menghadapi hambatan dalam mendapatkan pelatihan dan pengembangan profesional. Banyak guru yang masih kekurangan pelatihan yang memadai untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengajarnya. Kurangnya akses terhadap program pengembangan profesi membuat guru sulit mengikuti perkembangan terkini dunia pendidikan, termasuk metode pengajaran yang efektif.

Tunjangan kesejahteraan bagi guru di kabupaten tersebut juga masih belum memadai. Banyak guru yang masih menerima gaji rendah dan tunjangan yang tidak memadai. Jika kejadian yang seperti ini terus berlanjut maka motivasi guru untuk mengajar akan menurun dan sulit berkonsentrasi dalam mengajar. Selain itu, di kabupaten tersebut masih banyak guru honorer yang belum memiliki status atau jaminan kesejahteraan sosial yang memadai. 

Seperti yang terjadi baru baru ini, guru paud yang masih berstatus honorer tidak digaji oleh pihak kepala desa lantaran tidak pro terhadap kepala desa tersebut. Padahal gaji guru paud honorer telah dianggarkan dan diambilkan dari dana desa alokasi 20 persen, perbup kabupaten muratara nomor 112 tahun 2024 tentang tata cara pengalokasian dan penggunaan dana desa.  

Kabupaten Muratara juga menghadapi tantangan geografis yang cukup besar. Banyak daerah terpencil yang sulit diakses, terutama pada saat musim hujan. Hal ini mempersulit para guru dan siswa untuk mengakses sekolah dan berdampak pada ketidakhadiran siswa. Selain itu, situasi ini juga menyebabkan distribusi fasilitas pendidikan menjadi tidak merata dan berdampak pada kurangnya fasilitas di sekolah-sekolah terpencil. 

Banyak guru yang harus menempuh perjalanan jauh dengan kondisi jalan yang buruk untuk menuju ke sekolah. Kondisi seperti ini harus mereka hadapi setiap harinya. Hal ini tentu sangat menguras waktu dan tenaga, serta dapat mempengaruhi semangat dan motivasi mereka dalam mengajar. Akhirnya pembelajaran menjadi kurang efektif.

Kurikulum yang terus berganti juga ikut menambah tantangan bagi para guru. Sebagian besar guru belum sepenuhnya memahami dan mampu untuk menerapkan kurikulum merdeka dengan baik. Kurangnya sosialisasi dan pelatihan yang berkelanjutan membuat penerapan kurikulum baru menjadi kurang optimal. Pemerintah hanya memberikan penjelasan umum mengenai konsep kurikulum merdeka tanpa memberikan panduan yang lebih rinci tentang bagaimana menerapkannya dalam proses pembelajaran. Para guru masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan memahami kurikulum ini. 

Kebanyakan guru tidak memiliki pengalaman dan pelatihan yang memadai dalam menggunakan perangkat pembelajaran yang diperlukan di dalam kurikulum Merdeka. Hal ini menyebabkan mereka sangat kesulitan dalam menerapkan kurikulum ini dengan optimal. Keterbatasan peralatan teknologi juga menghambat guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis digital. Penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran masih sangat terbatas. Banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas teknologi yang memadai, seperti komputer dan akses internet. Padahal, teknologi dapat menjadi alat bantu yang efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Beberapa waktu yang lalu sempat ada berita tentang guru honorer yang memukul sejumlah siswanya di salah satu SD Negri di kabupaten Muratara. Kejadian itu berawal ketika guru tersebut memasuki salah satu kelas yang sedang ribut. Guru itu mengambil rotan yang tergeletak dilantai kelas lalu menghampiri dua murid dan memukul punggung mereka masing-masing sebanyak sekali, kemudian menghampiri dua murid lainnya dan memukul tangan mereka menggunakan rotan masing-masing sekali. Setelahnya guru itu memperingatkan mereka agar tidak ribut lagi. Keesokan harinya dua murid yang dipukul itu tetap masuk sekolah seperti biasa, sedangkan dua lainnya izin tidak masuk sekolah. Guru yang memukul itu membenarkan bahwa ada memar pada murid yang dipukul itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun