Mohon tunggu...
Inovasi

Awas “Super Hero ” Jadi Media Belajar Kekerasan untuk Anak

13 April 2016   08:09 Diperbarui: 13 April 2016   08:28 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pada umumnya anak mempunyai tokoh super hero yang diidolakan oleh masing-masing anak. Dan seringkali mereka berpura-pura menjadi seorang Superman, Ultraman, Batman atau tokoh-tokoh super hero lainya di kehidupan sehari-harinya. Mereka kerap mempraktekkan atau mencontoh  gerakan-gerakan yang dilakukan oleh idolanya dalam melawan musuhnya. Dan hati-hati jangan-jangan ia belajar kekerasan dari tokoh idolanya tersebut.

Kebanyakan anak-anak prasekolah sampai anak-anak yang duduk dibangku sekolah dasar khususnya anak laki-laki sangat senang mengikuti gaya-gaya idola mereka yang sering mereka lihat dalam film anak-anak maupun film kartun di TV. Film-film ini pun kemudian menciptakan suatu barang-barang yang menyerupai dengan tokoh-tokoh yang ada dalam tayangan tersebut sampai atribut-atribut yang dipakainya. Sehingga pengidolaan anak terhadap tokoh-tokoh  super hero semakin menjiwai.

Hal serupa pernah terjadi kepada kedua adik sepupu saya dan mereka adalah kakak adik kala itu mereka sedang memerankan salah satu tokoh super hero yaitu Ultraman yan sedang melawan para monster-monster jahat yang merusak bumi. Saat itu yang sedang memerankan ultramannya adalah kakaknya dan yang menjadi monsternya adalah adiknya. Dan mereka awalnya hanya adu kekuatan dengan jurus-jurus ala mereka beberapa menit kemudian ternyata mereka mulai adu pukulan dan pukulan itu sampai mengenai kepala adiknya dan terbentur di dinding. Dan adinya pun juga tidak terima serta langsung membalas pukulan dari kakaknya.

Dilihat dari kejadian itu secara tidak langsung mereka sudah belajar kekerasan dari memerankan tokoh super hiro. Serta sering terjadinya kesalah pahaman atau keliru menangkap pesan dari apa yang mereka lihat di TV. kekeliruan anak dalam menangkap pesan tersebut berupa penarikan kesimpulan mereka sendiri bahwa “segala masalah dapat terselesaikan melalui kekerasan” karena kesimpulan itulah ketika anak marah dengan temannya atau saudaranya mereka pasti akan melakukan sesuatu yang membuat mereka senang bila teman atau saudaranya kesakitan. sesuatu itu bisa berupa cacian sampai dengan pukulan.

Jika tidak segera dirubah persepsi anak tersebut akan membahayakan dirinya sendiri dan orang lain bahkan mungkin mereka juga akan sering menyakiti binatang. Dengan begitu perlunya pengawasan dari orang tua sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan anak dalam menangkap pesan cerita dari film-film yang di tontonya.

Jadi selalu awasi anak anda atau saudara yang masih dalam usia prasekolah maupun sudah duduk dibangku sekolah dasar dan sebaiknya mereka diperkenalkan dengan tokoh-tokoh yang berjuang tanpa kekerasan fisik sehingga mereka dapat mempunyai wawasan yang cukup bagus dan dapat menjadi generasi penerus yang dapat membanggakan bangsanya.

Semoga Bermanfaat......  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun