Mohon tunggu...
Nuriyah Rie
Nuriyah Rie Mohon Tunggu... Freelancer - Literature Faculty

Pencinta senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kritik Seni Pertunjukan Ayahku Pulang Karya Usmar Ismail Teater Dzza `Izza pada Tahun 2019

24 November 2021   17:35 Diperbarui: 24 November 2021   18:28 5511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Puncak Konflik dalam Lakon ini, adalah ketika Sang Ayah Raden Saleh datang kembali lagi kerumahnya. Lalu ia meminta maaf atas apa perlakuannya dulu pada keluarganya ini. Namun, bagi Gunarto rasa sakit atas peninggalan ayahnya itu masih membekas. Ia tidak menganggap ayahnya ada. 

Karena Ayahnya lah, Gunarto menderita. Bahkan ia berkata  "Ayah kandung? Memang Gunarto yang dulu pernah punya Ayah, tapi dia sudah meninggal dunia dua puluh tahun yang lalu. Dan Gunarto yang sekarang adalah Gunarto yang dibentuk oleh Gunarto sendiri! aku tidak pernah berhutang budi kepada siapapun diatas dunia ini. Aku merdeka, semerdeka merdekanya, Bu!"

Pada akhir cerita, karena sang ayah merasa sakit hati atas perkataan Gunarto dan diusir olehnya, ia memutuskan untuk pergi meninggalkan keluarganya. Pada saat itu, gemuruh petir melanda, hujan pun deras. Namun sang Ayah pun dengan rasa sakit hatinya melompat ke jembatan. 

Maemun sang adik Gunarto hanya menemukan Kain dan Kopiah milik Ayahnya itu. Dan seketika itu, Gunarto pun menyesal. Hanya karena perkataannya. Ia telah membuat ayahnya bunuh diri. Ia bahkan berkata "Dia tak tahan menerima penghinaan dariku. Dia yang biasa dihormati orang, dan dia yang angkuh, yah, angkuh seperti diriku juga.... Ayahku. 

Aku telah membunuh Ayahku. Ayahku sendiri. Ayahku pulang, Ayahku pulang...... "  lalu Gunarto pun menyusul mencari ayahnya. Berteriak memanggil-manggil ayahnya lari keluar rumah dan trus berteriak seperti orang gila. Ibu dan Mintarsih pun Berteriak Memanggil Gunarto. "Guanrto...!!!" suara bedug bersahut-sahutan diiringi Gema Takbir. Sementara hujan masih saja turun dengan deras. Kemudian Lampu Panggung perlahan-lahan mati lalu layar turun dan Lakon ini pun selesai.

Makna yang tersirat dalam Teater ini, banyak. Salah satunya, jangan memendam perasaan dendam dan benci yang berlebihan kepada seseorang. Apalagi itu Ayah kita sendiri. Namun, kita juga tidak boleh melihat hanya dari satu sudut pandang saja. Disini jika saya melihat dari sudut pandang Gunarto. Sebenarnya ia adalah orang yang realitas. Siapa yang tidak merasa sakit hati ditinggalkan oleh ayahnya sendiri ketika masih kecil selama 20 tahun.

 Lalu tiba-tiba ia kembali lagi. Setelah sekian lama Gunarto berjuang menyekolahkan adik-adiknya. Dan berjuang demi ibunya. Sampai ia rela menjadi budak di pasar. Bagaimana ia tidak marah? Setelah 20 tahun lamanya ayahnya kembali lagi . setelah jatuh miskin baru sang ayah kembali ingat pada keluarganya.   

Pada Teater Dzza `Izza menurut saya sudah sangat luar biasa. Dari Setting tempat, hingga Backsound suara Gema Takbir yang membuat orang hanyut didalamnya. Hanya saja Pelafalan Pemain Maemun masih kurang maksimal. Namun ditutupi dengan Pemain Gunarto yang sudah sanagt bagus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun