Orang Miskin Yang Dzalim Terhadap Anak
Banyak sekali disekitar saya masyarakat miskin yang selaluÂ
menanamkan mental pengemis dan memperbanyak anak sehinggaÂ
menciptakan kesengsaraan  bagi keturunannya.
Sering saya temui dijalanan anak-anak yang seharusnya sekolahÂ
namun malah terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Slogan "Banyak Anak Banyak Rezeki"
Adalah budaya yang mengartikan bahwa setiap anak memiliki rezeki masing-masing,
sehingga semakin banyak anak semakin banyak pula rezeki yang diterima oleh orang tua.
(sumber.Kompasiana)
Padahal faktanya semakin banyak anak maka semakin banyak pula rezeki yang harus dicari,Â
akibat dari pola pikir yang menanamkan mental pengemis menjadikan mereka bekerja denganÂ
cara meminta minta kepada orang lain bahkan sampai melakukan pemalakan.
Kepercayaan tersebut menjadikan orang orang miskin beranggapan bahwa anak harusÂ
membalas budi dan mengakibatkan banyaknya anak-anak yang terpaksa untuk bekerjaÂ
keras diusia dini.
Oleh karena itu, edukasi sangat penting untuk membuka pemikiran secara luas agar hal
seperti ini dapat diatasi. Namun, biasanya sangat sulit untuk memberikan edukasi terhadapÂ
orang-orang seperti ini karena akan dianggap menghina atau mengucilkan mereka.
dan jika dilihat, masih banyak orang miskin diluar sana yang ingin berkembangÂ
hanya saja tidak terjangkau dan tidak ada yang bisa memfasilitasi.
Kesimpulan Berdasarkan Akhlak Dan TasawufÂ
Kaitannya permasalahan diatas dengan akhlak dan tasawuf sangat erat.
Karena hal tersebut merupakan contoh dari perbuatan dzalim terhadap anak, dan
seharusnya orang tua memberikan kehidupan yang layak, serta memberikan pendidikanÂ
untuk anaknya.
Dan Orang tua harus berusaha secara maksimal untuk anaknya, bukan hanya bersyukur kepada AllahÂ
serta hanya fokus dalam beribadah sehingga meninggalkan kewajibannya sebagai orang tua,
dan akan lebih baik jika urusan dunia dan akhirat itu seimbang.
Maka dari itu kesiapan sebelum menikah sangat penting, mulai dari kesiapan usia, mental, parenting,Â
serta finansial juga harus siap agar hal seperti ini tidak terus terjadi dan mewabah di Indonesia.
Â
oleh: Nurisna Heka LailyaÂ
tugas: Bpk. M. Ibnu Nafiudin, M. pd.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI