Mohon tunggu...
Nur Isdah
Nur Isdah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

A mom of two, a lecturer, a Day dreamer, A friend

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jonru Si Pencinta Jokowi

23 Oktober 2014   22:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:58 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahuka kita bahwa orang-orang yang membenci kita adalah orang yang betul-betul memperhatikan kita?

Tahukah kita pula bahwa orang yang mencintai kita bisa menjadi orang yang paling merusak kehidupan kita?

Bukankah cinta maupun benci berada di rel yang sama?

Jonru, penulis yang wara-wiri di medsos, mengklaim dirinya sebagai “pembenci” Jokowi. Para followers Jokowi pun tanpa segan menyebutnya haters yang nga bisa move on, kata mereka. Tapi tahukah kita bahwa pencinta sejati Jokowi itu sebenarnya, sejatinya adalah seorang Jonru.

Jonrulah orangnya yang setiap detik mencermati Jokowi. Setiap langkah, setiap kegiatan, segala ucapan, bahkan setiap detiknya Jokowi tak akan lepas dari pengamatan Jonru. Adakah orang lain yang secinta itu pada jokowi selain dia? Pun para followers Jokowi, setelah bersama-sama menjadi relawan jokowi, berpesta, bersyukur atas pelantikan Jokowi, akan pulang ke rumah dan tidur dengan lelap bahagia.

lalu adakah yang seperti Jonru yang membayangkan Jokowi dalam setiap detik dan setiap napas kehidupannya? bahkan ketika para followers / relawan Jokowi sudah terlelap, Jonru masih terbayang Jokowi dan membuat status tentang Jokowi secara konstan dan terus-menerus. Coba tengok fanpage Jonru, siapa yang selalu dia sebutkan selain Jokowi? Dialah pencinta sejati Jokowi, para followers Jokowi bisa membantah tapi begitulah keadaaanya, Jonru si pencinta Jokowi.

Pikirkan seseorang yang sedang dilamun cinta. kita semua pasti pernah merasakannya. ehem. Kata Dina Mariana (penyanyi lawas tahun 80-an) mau makan ingat kamu, mau minum ingat kamu, mau apa saja ingat yang dicinta. Tidur tidak nyenyak, nafas rasanya sesak membuncah, di kepala hanya dia seorang. Dalam bahasa anak sekarang : rasanya dikit-dikit pengen penuhin timeline dengan status kamu, kamu, dan kamu….

Cinta dan benci benar-benar berada di rel yang sama.

Jadi pikirkan lah bahwa Jonru sebenarnya adalah si pencinta Jokowi. Bahkan kini dia pun telah mengkhianati Prabowo dengan meninggalkannya sendiri. Prabowo si Jenderal itu telah memperlihatkan kepada kita semua pembelajaran sejarah yang patriotik. Saat pelantikan Jokowi, beliau datang dan menyerukan para pengikutnya untuk berhenti bersebrangan dengan Jokowi dan bersama seluruh Bangsa Indonesia bersatu untuk Tanah Air yang kita sama-sama cintai ini. Jonru meninggalkan Jendral itu dan tetap pada kecintaannya kepada Jokowi, dengan tidak menghiraukannya tapi tetap mencermati Jokowi dengan segala detail akan dirinya. Betapa cinta Jonru kepada Jokowi.

Para followers Jokowi, tahukah kita bahwa kecintaan itu mudah pudar, terkikis dan bisa punah. Hati tidak pernah bisa kita perintah, dia autonom di dalam jiwa. Hati bisa saja suka hari ini tapi besok berbeda. Kecintaan pada Jokowi bisa saja hilang esok hari, 100 hari mendatang, 3 bulan kemudian atau selepas 5 tahun mendatang. Tapi apakah kecintaanmu bisa membantu beliau memegang amanah ini? Sejarah banyak menuliskan, bukankah cinta yang menjerumuskan banyak pejabat negeri ini lupa akan posisinya pengemban amanat rakyat? Cinta pada anak, cinta pada keluarga, cinta pada teman, cinta pada partai, cinta pada dia yang berkuasa. Melalui kecintaan itulah nota-nota bersebaran, nota memohon proyek tender dimenangkan, nota tentang kelulusan fit dan proper test, nota jumlah uang yang akan diberikan setelah keputusan pengadilan dimenangkan yang terkait, 1 M, 2 M atau lebih?. semua itu disebabkan karena kecintaan. Bukankan perkataan “Asal Bapak Senang” itu adalah produk dari kecintaan kepada seorang bapak?

Kita perlu belajar dari followers Prabowo. Mereka menjadi berkurang lebih sedikit karena followers-nya sudah meninggalkan beliau,menjadi followers Indonesia satu. Para followers prabowo ini berpindah hatinya tetap mencintai prabowo tetapi di waktu yang sama mencintai kesatuan Indonesia. Prabowo telah memberikan pembelajaran politik yang mahal kepada kita semua. Walaupun ada yang kecewa karena dua kubu bergabung (ah nga seru, nga bisa nyinyir-nyiran lagi).  Tetapi di waktu yang sama pula gelombang penghormatan dan kekaguman mengalir ke beliau, manis bukan?

Tiba-tiba teringat kepada perkataan Anies Baswedan yang mengatakan  bahwa yang menentukan kualitas dari proses demokrasi itu adalah sikap dari yang kalah bahkan bukan dari yang menang. Mengapa bisa demikian? karena di tangan yang kalah lah kondisi demokratik, stabilitas dan kemanan politik bernegara ditentukan. Bisa dibayangkan jika Prabowo mengajak pengikutnya perang? pasti pelantikan Jokowi kemarin tidak akan terjadi. kita akan chaos. Tapi kini,  Indonesia sekarang ini menjadi negara demoktik terbesar dan paling sukses menjalankan proses demokratik melalui Pemilu 2014. Semua negara pasti merujuk pada kita, bangsa besar ini. Saya juga yakin pada akademisi politik akan banyak merujuk Indonesia sebagai negara heterogen kompleks yang berhasil dalam pemilunya. kita bukan Mesir, kita bukan Suriah, yang gagal. Kita bangsa Indonesia. Bangga kan kita? terima kasih kepada bapak Prabowo Subianto.

Nah, kalau Prabowo memberikan pelajaran mahal itu masa kita tidak bisa menelah dan mengejahwantakannya dalam tindakan. Pesan beliau sama dengan pesan yang lain, para pencinta negeri ini. Bersatu Padu bekerja untuk Indonesia. Untuk apa? Untuk Indonesia yang sejahtera, lepas dari kemiskinan, Indonesia sehat dan memiliki cadangan generasi cerdas dan bijak yang tidak ada habisnya. Itukan yang kita mau?

Jadi para haters Jokowi maupun haters Prabowo, apakah yang kalian susahkan? mau-tidak-mau kita sudah menjadi followers Jokowi plus followers Prabowo. kita akan sama-sama mengkritisi pemerintahan Jokowi-JK, karena bukan hanya kita pencinta Jokowi tapi juga pencinta Prabowo. Toh, mereka satu kan, satu dalam membangun negeri tercinta ini. salam sayang untuk Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun