Mohon tunggu...
Nuri Nura
Nuri Nura Mohon Tunggu... lainnya -

Ceritakan padaku tentang Ayah, hujan, pulang, buku, dan makan. Aku senang dengan semua letupan rasa yang ditimbulkannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ijab Qabul

4 Maret 2011   22:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12992765851151166103

Ah, dia tampan sekali pagi ini. Dibalut baju merah. Dengan sigarak bertengger anggun di kepalanya. Senyumnya lebar, sesekali menipis, lalu melebar kembali. Tetua berdehem melihat kelakuan kami yang begitu genit mengintip tamu dari pihak pria yang telah duduk sulengka di ruang tamu. Acara sebentar lagi dimulai. Aku menahan napasku... "Ah, kenapa ka mesti dari sekarang ?", keluh laki-laki itu saat tiba-tiba terbesit ide di kepalaku menyuruhnya latihan Ijab Qabul setelah melihat undangan yang penuh dengan foto prewedding. "Ka biasa ki salah kalau menyebut namaku, ayolah..." rengekku padanya. Dia tersenyum, mematikan rokoknya. "Saya terima nikahnya, Aini Binti Gaddafi, dengan mas kawin segulung weebing, dibayar tunai". Kami tertawa, bulan di kampus jadi saksinya. Entah kenapa aku begitu yakin akan menyaksikan dia melakukannya suatu hari nanti. ### "Saya terima nikahnya, Zakiah Binti Sabahi, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai". Microphone itu menghantarkan getaran suaranya ke telingaku, menyusup ke rongga dadaku. Sementara perempuan yang disebutkan namanya itu tertegun menahan kunci di mulutnya. Tangan kanannya yang menggenggam gembok menjadi semakin dingin dan basah. Kusentuh perlahan-lahan. "Aku hanya pantas untuk dibanggakan, tapi dia benar telah memilihmu sebagai istri yang bisa diandalkan". *** Sigarak : mahkota busana pengantin pria makassar Sulengka : duduk bersila Weebing : tali pengaman pemanjat tebing Tradisi gigit kunci adalah kepercayaan budaya untuk mengunci hubungan pernikahan agar tetap langgeng. Gembok akan dibuang ke lautan, sementara kunci di buang di hutan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun