Serial "Gadis Kretek" yang diadaptasi dari novel karya Ratih Kumala yang terbit sejak tahun 2012, berhasil menarik perhatian banyak pemirsa sejak ditayangkan di Netflix pada tahun 2023.
Meskipun series ini mendapat sambutan positif karena mampu mengangkat isu-isu sosial dan budaya secara menarik, series ini juga menawarkan kritik sosial yang mendalam, khususnya terkait dengan isu-isu feminisme.
Melalui karakter-karakter perempuan yang kuat dan narasi yang kritis, serial "Gadis Kretek" berhasil mengangkat berbagai masalah terkait kesetaraan gender dan peran perempuan dalam masyarakat.
- Representasi Perempuan dalam Series "Gadis Kretek"
Salah satu kritik utama adalah mengenai representasi perempuan dalam "Gadis Kretek". Meskipun serial ini menampilkan tokoh-tokoh perempuan yang kuat dan mandiri, namun beberapa berpendapat bahwa penggambaran mereka masih terbatas dalam konteks patriarki.
Series ini secara kritis mengeksplorasi bagaimana patriarki mempengaruhi dinamika keluarga dan hubungan antargenerasi. Kekuasaan yang terpusat pada laki-laki sering kali berdampak negatif, menciptakan ketidakadilan dan ketegangan dalam keluarga.
Karakter-karakter utama perempuan seringkali didefinisikan oleh hubungan mereka dengan laki-laki, apakah sebagai istri, ibu, atau anak. Selain itu, peran-peran produktif dan domestik mereka masih dijadikan fokus utama, sementara aspirasi dan ambisi pribadi kurang mendapat sorotan. - Marginalisasi Perempuan dalam Series "Gadis Kretek"
Kritik lain yang diajukan adalah mengenai isu marginalisasi perempuan kelas bawah. Serial "Gadis Kretek" memang berusaha mengangkat kehidupan pekerja pabrik rokok, namun beberapa pengamat berpendapat bahwa representasi mereka masih terbatas dan cenderung stereotipik.
Perempuan dari kelas ekonomi menengah ke bawah digambarkan lebih sebagai korban struktur patriarki dan kapitalisme, tanpa memperlihatkan potensi mereka sebagai agen perubahan sosial. Hal ini menunjukkan perlunya upaya yang lebih komperatif untuk menyuarakan dan memperkuat representasi kelompok-kelompok marginal, khususnya perempuan dari kelas ekonomi menengah ke bawah.
Meskipun demikian, serial ini juga mendapat pujian karena mampu menampilkan beberapa tokoh perempuan yang menentang norma-norma tradisional dan berusaha memperjuangkan kesetaraan gender. Kisah-kisah mereka memberikan perspektif yang lebih kompleks dan menantang pandangan patriarkal yang masih dominan dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk menyuarakan isu-isu feminisme, meskipun masih perlu pengembangan yang lebih mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H