Mohon tunggu...
Nuril Mufarroha
Nuril Mufarroha Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Teman Hijrah, "Tiga Dara, Tiga Tara, Tiga Dunia"

27 September 2019   07:19 Diperbarui: 27 September 2019   07:37 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah buku yang menceritakan 3 dara dengan profesi yang berbeda. Mereka berbagi kisah dan inspirasi tentang perjalanan mereka dalam meraih mimpi dan bagaimana mereka memutuskan untuk berhijrah.

Novita berprofesi sebagai dokter, harus berjuang sedari kecil di tengah permasalahan keluarga dan ekonomi yang cukup runyam. Ia membuat sebuah proposal hidup yang ibaratnya seperti pengajuan proposal pada seorang direktur untuk menyelenggarakan dan mendanai suatu hal, maka dibuatlah proposal hidup yang ditujukan pada Direktur Alam Semesta, Yang Maha Memiliki segalanya, untuk mewujudkan mimpi-mimpinya mulai dari saat ini hingga kembali kepada Allah. 

Ketika ia menulis 15 proposal hidup tadi, bukan berarti jalannya akan mulus, namun pasti akan dihadapkan dengan batu-batu terjal dalam perjalanan meraih mimpinya.

Elsa berprofesi sebagai desainer, yang masa kecilnya mungkin tak sebahagia anak-anak pada umumnya karena waktu itu puncak permasalahan keluarganya. 

Sehari-harinya ia dihadapkan dengan pertengkaran, tangisan dan seringkali melihat keadaan yang panas sehingga tak heran jika ia mempunyai watak yang tak sabaran (tempramen), judes, ambisius, egois, dan pelit yang itu semua berbeda jauh dari kakak-kakaknya. Ia juga dituntut untuk hidup berakselerasi dan memimpin sebuah komunitas di usia belianya.

Sudah menjadi stigma yang wajar di tengah masyarakat apabila seorang anak terlahir di keluarga yang kedua orang tuanya bekerja maka anak tersebut akan diasuh oleh orang lain, baik keluarga ataupun asisten rumah tangga. 

Begitu pula dengan Annisa. Mama Annisa sebagai bendahara di kantor sekaligus pengatur keuangan keluarga yang hebat, teliti dan tegas, mungkin itulah yang menjadikan Annisa terbiasa  dan dibiasakan hidup sederhana, membuatnya nyaman untuk menyisihkan sebagian harta yang dimiliki.

Keetiganya memiliki latarbelakang keluarga yang sama, namun mampu membuktikan bahwa mereka bisa bangkit untuk mewujudkan apa yang mereka impikan. 

Walaupun berbeda profesi, mereka memiliki persamaan yakni komitmen untuk hijrah. Perjalanan hijrah mereka akhirnya mempertemukan mereka dalam buku ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun