Mohon tunggu...
Nuril Amri
Nuril Amri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

An ordinary man who lives in ordinary world.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Benci Lagu Cinta

7 Februari 2016   18:28 Diperbarui: 7 Februari 2016   19:10 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

Aku benci lagu cinta. Serangkaian kata-kata yang dibuat seindah mungkin untuk menghamba, memohon, dan merendahkan diri sendiri. Itu sangat menyedihkan.

Kenapa semakin banyak orang berbangga dengan kelemahan dirinya. Dengan sadar mengharap sesuatu padahal mereka tahu itu sangat menyedihkan. Nyaman bertahan dalam kesakitan padahal masih bisa memperbaiki keadaan.

Aku benci melihat pria yang tidak mencintai dirinya sendiri. Menjadi hamba orang yang dicintainya sementara jiwa di dalam dirinya diabaikan begitu saja. Mati-matian mempertahankan sesuatu yang dia tahu sudah tidak bisa dipertahankan. Berlari mengejar yang berlari menghindarinya, bukankah itu sangat melelahkan?

Sesungguhnya ia sadar akan kelelahan dirinya. Namun untuk kesekian kalinya ia terbuai kata-kata 'Sang Pujangga' yang sama sekali tak menjadikan dirinya lebih kuat.

Aku benci lagu cinta yang melemahkan. Aku benci para pria yang menyanyikannya sambil menangis. Sungguh terlihat sangat lemah.

Sungguh miris melihat mereka yang merendahkan dirinya dengan penuh kesadaran. Hanya untuk sebuah perhatian yang dianggap sangat sulit didapatkan. Berlari mengabaikan kelelahan yang dirasakan, tapi tak juga mendapatkan apa yang diinginkan.

Sungguh beruntung bagi mereka yang mencintai dirinya sendiri. Tak perlu menjadi pendengar setia lagu-lagu cinta untuk menambah rasa kecintaan mereka. Tak perlu mengharap kebahagiaan dari pihak lain di luar dirinya sendiri. Karena bahagia itu nyata, nyatanya hanya ada di dalam dirimu sendiri.

#SelfLove

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun