Dapat diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak itu dimulai sejak anak itu dilahirkan. Aspek pertumbuhan anak cenderung lebih ke fisik sedangkan aspek pekembangan anak lebih mengarah kepada aspek kognitif, motorik, dan problem solving. Pola asuh pada anak dapat diterapkan sejak bayi itu dilahirkan bahkan sejak dalam kandungan.Â
Semakin sering para orang tua mengajak anak berbicara maka akan sangat berpengaruh pada stimulus motorik anak dalam tahap tumbuh kembang, karena bayi itu memiliki banyak ribuan neuron dalam otaknya. Fungsi neuron sendiri itu untuk menerima input sensorik, mengirimkan perintah motorik ke otot, dan mengubah serta menyampaikan sinyal listrik di seluruh proses ini. Neuron bayi akan melambat ketika usia anak bertambah seperti dari tahap anak-anak ke remaja, dari remaja ke tahap dewasa, dan seterusnya sampai tahap lansia.
       Terdapat kasus anak belum bisa berbicara karena kesalahan orang tua dalam menerapkan pola asuh terhadap anak. Banyak orang tua zaman kini lebih sibuk dengan diri mereka sendiri dan kurang memperhatikan tumbuh kembang anak baik secara kognitif maupun motorik.Â
Dan dalam kasus ini kebanyakan anak sulit berbicara itu dikarenakan kurangnya orang tua mengajak anak berbicara. Pasti disini banyak yang berfikir bayi diajak berbicara itu mengerti apa tidak sihh??? Nyatannya ketika bayi diajak berbicara bayi akan menangkap dalam sistem motoriknya dan mudah untuk menangkap dari lawan bicaranya. Dan dalam kasus ini terapi yang dapat dianjurkan adalah melatih anak untuk sering merangkak mengapa demikian? karena dalam merangkak stimulus motorik anak berpengaruh pada perkembangan.
        Terdapat juga kasus saat ini pola asuh orang tua terhadap anak yang dapat dikategorikan kurang benar. Anak banyak difasilitasi gadget karena orang tua yang sibuk dan tidak memperhatikan lebih keseharian anak. Padahal anak harus lebih diperhatikan supaya anak dapat terbuka terhadap orang tua.Â
Dari anak yang difasilitasi sebuah gadget itu dapat menimbulkan suatu dampak negatif salah satunya yakni anak menjadi kecanduan gadget. Dan jika ketika orang tua tidak lagi memfasilitasi gadget anak dapat memberontak untuk mendapatkan suatu hal yang memang itu menjadi keinginan dan kepuasannya.
        Dalam mengatasi kasus ini orang tua dapat melakukan suatu negosiasi terhadap anak dengan cara boleh menggunakan gadget atau difasilitasi gadget tetapi dibatasi penggunaannya semisal sehari 3-4 jam dan tetap dalam pengawasan orang tua pada penggunaan gadget tersebut.Â
Jadi kesimpulan dalam kasus ini bukan berarti anak tidak boleh memakai sebuah gadget tetapi perlu dibatasi penggunaannya. Perlu digaris bawahi juga jangan keseringan bicara "tidak boleh" terhadap anak mengapa demikian? karena semakin orang tua melarang anak maka semakin membuat anak menjadi penasaran dan melakukannya bahkan tanpa diketahui oleh orang tua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H