Mohon tunggu...
Nurika Alifah Lathiif
Nurika Alifah Lathiif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Atlet Rebahan

Berusaha membaca realita hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Islam Bangkit, Dorong Teknologi Budaya Cakrabuana Nawasena

31 Oktober 2023   10:07 Diperbarui: 10 September 2024   12:12 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa jauh kamu mengenal Indonesia? Negara yang dikenal memiliki ragam budaya dengan sejuta pesona alamnya. Negara kedua yang diakui World Economic (WEF) memiliki bahasa terbeanyak di dunia setelah Papua Nugini Tentu, hal tersebut mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi Indonesia di mata dunia. Hal ini dapat dibuktikan dengan kemajemukan budaya atas dasar persatuan yang terjalin dalam kesatuan bangsa yang utuh dan berdaulat sehingga kemajemukan tersebut merupakan berkah bagi bangsa Indonesia. Sesuai dengan semboyan Republika Indonesia yang dijelaskan dalam kitab Sutasoma satu karya sastra dari pengarang jawa kuno, Mpu Tantular. Kutipan tersebut berbunyi “Wan wengi, windu sinunggal, winuwus bhineka tunggal ika” yang berarti “walaupun berbeda - beda, dalam perbedaan itu tetap ada kesatuan”. Bahkan, Menurut Mendikbud, pengakuan UNESCO yang menyebutkan Indonesia memiliki keberagaman budaya dan peninggalan yang sangat besar dan banyak itu memicu Indonesia untuk melakukan inventarisasi dan langkah-langkah perawatan berbagai warisan budaya tak benda Indonesia. Selain itu, Mendikbud menyebutkan bahwa UU no 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dapat dijadikan landasan hukum untuk hal ini, ujar Ketua Umum Muhammadiyah periode 2015-2020. Diakuinya setelah 72 tahun merdeka, Indonesia baru mensahkan undang-undang tentang budaya, dan dengan demikian Indonesia bisa fokus dalam merawat dan mengembangkan serta mempromosikan warisan budaya yang dimiliki Indonesia.“Kini kita tidak perlu lagi ragu-ragu dalam merawat dan mempromosikan warisan budaya Indonesia,” ujar Muhadjir Effendy yang dikenal sebagai pendidik dan intelektual multidimensionalMemang budaya itu apa sih? Terkait ruang lingkup budaya yang sangat luas mencakup segala aspek kehidupan (hidup ruhaniah) dan pemghidupan (hidup jasmani manusia). Sidi Ghazalba merumuskan kebuduyaan “cara berfikir dan merasa, menyatakaan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat, dalam suatu ruang waktu. Lain halnya budaya merupakan semua pengetahuan manusia yang dimanfaatkan untuk mengetahui dan memahami pengalaman serta lingkungan yang dialaaminya (Parsudi Suparlan). Budaya merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga bahkan perlu dilestarikan untuk warisan anak cucu mendatang. Namun, mengapa budaya di Indonesia kerap kali di klaim sebagai budaya negara lain? Pertengahan tahun 2022 kemarin, untuk kesekian kalinya Indonesia dan Malaysia bersinggunggan masalah klaim seni budaya. Selain Reog yang baru baru ini mencuat. Wayang Kulit, salah satu kesenian yang diciptkan oleh Sunan Kalijaga juga pernah menjadi item budaya yang menerima klaim tumpang tindih. Hal ini terjadi setelah salah seorang desainer sepatu Adidas asal Malysia, Jaemy Choong menganggap wayang kulit berasal dari negaranya. Adidas membagikan desain sepatu seri terbaru yang bertema wayang kulit, dan ditulis sebagai warisan Malaysia. Tak kunjung lama polemik ini surutdengan ditetapkannya wayang kulit sebagai karya keebudayaan yang mengagumkan di bidang narasi,serta warisan budaya yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO sejak 7 November 2023. Hal itu menjadi bukti nyata bahwa wayang kulit tak hanya mempesona bagi Indonesia, bahkan hingga ranah Internasional.

Lantas, bagaimana cara mewujudkan teknologi budaya sebagai candrabuana nawasena? Jika bukan kita generasi penerus bangsa yang dapat merawat khazanah budaya tinggi kita yang memancar di hulu,di ketinggian diatas awan. Kita juga perlu merangsang ciptaan budaya kita,dengan aneka hirbidannya untuk bergerak terjun ke hilir menghambur memasuki samudra pergaulan dan pertarungan dunia Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Agama dan Kebudayaaan dapat saling mempengaruhi sebab keduanya adalah nilai dan simbol. Demikianlah pula kebudayaaan, agar manusia dapat hidup dilingkungannya. Wayang Kulit merupakan mahakarya besar milik nenek moyang. Wayang laksana simbol peradaban. Bahkan wayang digunakan sebagai media dakwah yang berpengaruh besar dalam perkembangan islam di Nusantra. Pada masa kejayaan islam Nusantaraeksistenssi wayang justru meningkat, Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari walisongo yang erat menggunaakan wayang kulit untuk menyebarkan islam ke segala penjuru pulau jawa. Sehingga wayang cocok dengan selera zaman hingga saat ini. Wayang sebagai media komunikasi tradisional adalah media komunikasi yang menggunakan seni pertunjukan tradisional, yang lahir dan berkembang di tengah masyarakat pedesaan (Kementrian Komunikasi dan Informatika, 2011:2). Wayang yang merupakan salah satu corak perkembangan budaya dalam ranah agam islam menjadi bukti bahwa Gambaran kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang empiris tersebut menjadi tantangan bagi banyak agama, terutama Islam untuk terus menyesuaikan diri dan menunjukkan bahwa tradisi masih relevan untuk hari ini ( al-Islam al-shalih li kulli zaman wa makan). Walapun, perkembangan teknologi dan agama bukanlah suatu yang harus terus dipertentangkan relevansinya, karena pada dasarnya keduanya bersumber dari nilai yang sama. Federick Ferre dalam bukunya Technology and Religion (2006), memahamkan teknologi sebagai implementasi praktis dari kecerdasan, yang merupakan suatu materi untuk mengekspresikan nilai-nilai. Itulah mengapa teknologi berhubungan dengan agama, secara positif, negatif atau netral, karena agama juga merupakan nilai dan ide.

Kaitannya dengan teknologi , Islam adalah agama, masyarakat, dan peradaban. Ketiga pengertian itu, Islam adalah sumber perspektif unik yang mempunyai hubungan antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan etika. Sebagai sebuah agama, Islam menjunjung tinggi pengetahuan sebagai kunci untuk keselamatan, baik itu keselamatan individu maupun keselamatan sosial. Sebagai sebuah peradaban, Islam berusaha untuk mempromosikan kepentingan seluruh umat manusia (rahmatan li al-alamin) dengan meletakkan diri pada suatu perspektif yang universal, berpijak pada kemaslahatan bersama dan toleransi dengan pemeluk agama lain. Menempatkan Islam sebagai yang shalih li kulli zaman wa makan membawa perdebatan dalam dunia Islam, yaitu bagaimana berurusan dengan dengan ilmu pengetahuan modern tanpa menyerah pada godaan saintisme sekuler (Guiderdoni, 2003). Saintisme yang bersumber dari Barat menimbulkan sikap yang negatif terhadap teknologi dengan menuding sebagai produk kapitalis, bid’ah, dan sekuler.

Osman Bakar dalam Islamic Perspectives:Encyclopedia of Science, Technology, and Ethics (2005) menyatakan masalah etika tersebut terjadi pada etika Islam Tradisional yang dihadapkan pada isu-isu pengetahuan dan teknologi yang bukan merupakan hasil karya muslim sendiri.Tradisi Islam menekankan pencarian pengetahuan (‘ilm), bahkan dalam hadits pencarian pengetahuan itu hukumnya wajib dan dituntut untuk mencari sejauh mungkin hingga sampai ke negeri China. Tradisi itu ditopang oleh sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Quraisyi Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an juga menuliskan bahwa kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Quran. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Ratusan ayat Al-Qur’an yang banyak memotivasi tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi itu diantaranya adalah perintah untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan di bumi ( QS. 9:101), tantangan untuk menggunakan teknologi dalam menjelajah penjuru langit (QS. 55:33), teknologi pembuatan bahtera oleh nabi Nuh (QS. 11:38), penciptaan langit dan bumi dan bergantianya siang malam merupakan tanda bagi orang yang berakal (QS. 3: 190), ilmu pengetahuanlah yang membuat Nabi Adam lebih unggul daripada para malaikat yang kemudian disuruh untuk sujud ( QS. 2:31), motivasi untuk mencari ilmu (QS.20:114), beberapa fenomena alam (QS. 2: 164) dan masih banyak lagi ayat lain yang menganjurkan dan menjelaskan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an juga berulang kalimemerintahkan kita untuk selalu menggunakan akal pikiran kita, afalaa taqiluun, afalua tazakkaruun. Ayat-ayat qauliayah tersebut memerintahkan kita untuk membaca fenomena alam atau yang disebut ayat kauniyyah, tanda-tanda kebesaran Allah SWT di alam semesta. Prespektifnya ialah untuk menegaskan keunikan Ilahi yang menjamin kesatuan pengetahuan yang benar antara pengetahuan agama dengan sains dan teknologi yang mengarah kembali kepada Allah SWT. Dalam Islam, teknologi berfungsi sebagai kemudahan untuk membantu melakukan aktifitas manusia yang bermanfaat ( QS. 21:107), alat untuk mengeksplorasi (QS. 55:33), alat untuk kemajuan dakwah dan kemajuan Islam ( QS. 8:60), dan sebagai sarana untuk lebih mengenal Allah (QS. 88: 17-21), (QS.41:53). Tentunya segala penggunaan tegnologi tersebut jangan sampai berakibat pada rusaknya alam ( QS. 30:41). Selain beberapa ayat Al-Qur’an di atas, banyak konsep yang diturunkan oleh banyak tokoh Muslim yang peka melihat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti Ismail Raji Al-Faruqi dengan konsep islamisasi ilmu pengetahuan, Fazlur Rahman dengan Islamisasi penuntut ilmu, Sayyid Hossein Nasr dengan sains Islam, dan masih banyak lagi. Namun, di bulan Ramadhan ini marilah kita berefleksi secara mandiri untuk kembali memotivasi diri tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi, sebagaimana ayat pertama yang turun pada Bulan Ramadhan ini adalah perintah untuk membaca (Iqra’). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. 96:1-5).  Teknologi menjadi simbol status bagi kaya dan miskin, siapa yang mampu menguasai teknologi, maka akan mampu menguasai manusia yang lain. Budaya yang memiliki beberapa unsur, seperti sistem bahasa, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian, sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial, sistem ilmi pengetahuan, sistem kesenian, dan sistem kepercayaan. Dengan teknologi tentunya bisa menyebabkan terjadi proses perubahan sosial dan kebudayaan seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan masyarakat, pemberontakan dan reformasi dalam proses moderenisasi teknologi. Modernisasi mencakup proses sosial budaya yang ruang lingkupnya sangat luas sehingga batas-batasnya tidak bisa ditetapkan secara mutlak. Fenomena ini memang sudah banyak dikaji, namun demikian tetap menarik untuk terus menjadi kajian tersendiri dalam kaitannya dengan perubahan budaya dalam masyarakat seiring berkembangnya teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Karena dengan menggunakan media ini banyak hal yang dapat kita lakukan dan lebih banyak sumber ilmu pengetahuan yang dapat kita akses. Selanjutnya memunculkan permasalahan bagaimana dampak dan pengaruh teknologi terhadap pergeseran nilai-nilai budaya dalam batasan dalam lingkupan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa dampak nyata dari keberadaan serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi antara lain: Pertama. Menciptakan kolonialisme. Kesenjangan akan selalu ada di muka bumi dan begitupun kesenjangan arus informasi yang ada. Munculnya teknologi komunikasi menyebabkan arus informasi dari negara maju ke negara berkembang adalah tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini menyebabkan  masyarakat  negara  tertentu  lebih banyak mengonsumsi informasi dari negara yang maju. Sehingga memungkinkan munculnya kolonialisasi. Bukan taktik imperialisme dalam penaklukan negara lain melalui akuisisi tanah dan wilayah, melainkan berupa penjajahan melalui arus informasi dan komunikasi. Kedua, Menciptakan ketergantungan. Dengan segala kemudahan yang diberikan oleh teknologi informasi dan komunikasi, maka masyarakat seolah dimanjakan oleh ketersediaan segala kebutuhanya. Sebagian besar masyarakat pengguna teknologi informasi dan komunikasi saat ini kian enggan untuk menggunakan alat-alat manual dan mulai meninggalkan pola-pola komunikasi interpersonal untuk alasan efektivitas dan efisiensi. Masyarakat semakin sulit melepaskan diri dari serba kecanggihan teknologi dan hal ini akan terus berlangsung dalam waktu lama dan kian membawa masyarakat ketergantungan pada pemanfaatan teknologi. Sesuatu yang berlangsung lama inilah yang menyebabkan perubahan kebudayaan pada suatu masyarakat. Misalnya adalah penggunaan jejaring sosial ataupun situs pertemanan melalui media internet yang sering dijadikan tolak ukur eksistensi seseorang. Ketiga. Perubahan sistem nilai dan norma. Perubahan tidak dapat luput dari dua sifatnya, konstruktif dan destruktif. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi serta pemanfaatannya, perubahan sistem dan norma pun tidak dapat dihindari. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun