Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kosmetik Membuat Saya Mirip Dakocan, Dulu

4 Februari 2025   13:55 Diperbarui: 4 Februari 2025   13:55 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Info Bisnis Tersaji Tuntas Sumber : InfoBisnis.com

Saya mengenal make up pertama kali ketika menjadi mahasiswa semester akhir tepatnya ketika praktek mengajar. Saat itu teman menyarankan agar saya memakai lipstik agar tidak kelihatan pucat. Ia sangat heran ketika tahu saya tidak mempunyai lipstik. Saat itu saya hanya mempunyai pelembab dan bedak tabur merknya Viva. Pelembab itu pun diberi mbakyu  yang memaksa saya memakai pelembab agar tidak kadasen (timbul bercak-bercak putih di wajah).

Ternyata saya suka memakai lipstik, wajah saya tampak lain di kaca, tampak lebih sumringah begitu. Saya menghabiskan waktu hampir satu jam untuk mengaca sambil memencong-mencongkan bibir.  Astaga bibir yang merah merona itu tampak bagus saja meski dimencong-mencongkan. 

 Maka saya mulai menonton tutorial merias wajah. Kelihatannya mudah, tinggal usap sini, poles sana. Saya mulai praktek sendiri menggambar alis. Praktek pertama gagal karena selain tidak presisi, goresan pensilnya terlalu tebal. Tampilan wajah saya jadi aneh.  Adik yang masuk kamar tanpa mengetuk pintu, membuat saya kaget sampai  dengan spontan saya mengusap alis yang hitam dan lebar itu ke seluruh  wajah. Alhasil saya berubah menjadi dakocan, adik kaget, sampai menjerit lalu berlari keluar kamar. Ia tak bisa berkata-kata, tangannya menunjuk-nunjuk ke arah kamar . Saya tertegun  juga tak mengerti ketika ayah menyeret saya ke dapur lalu menyodorkan sabun cuci piring. Mungkin dikiranya saya habis raup (cuci muka) pake olie.

Ketika sudah mulai bekerja, saya menyisihkan sedikit honor untuk membeli kosmetik. Saya mulai mengkoleksi eyeliner,  maskara, eyeshadow, contour  dan blush on . Saya sangat bersemangat ketika membeli kosmetik lalu mencobanya sekali dua kali. Bukan karena saya yang mudah bosan tetapi semakin saya belajar merias wajah, tingkat kepercayaan diri untuk berdandan full make up jadi semakin menciut. Saya tidak pede. Ujung-ujungnya saya pake yang ringan-ringan saja seperti pensil alis, pelembab, serum, bedak dan lipstik. Lainnya cuma jadi penunggu nakas.

Apa saja produk kosmetik saya terbengkalai?

#Eyeliner

Saya sering malu untuk memakai eyeliner apalagi sekarang 'kan trendnya model catwing. Bagaimana ya cara paling masuk akal untuk membuat wing kanan dan wing kiri sama persis? Saya sering gagal membuatnya sama panjang.  Karena itu saya hapus. Lha area yang terhapus , jadi berubah warna. Bedaknya lenyap, dipasang lagi, suami sudah menekan klakson panjang. Ya sudahlah dipensiunkan saja si eyeliner ini.

#Eyeshadow

Nah yang ini sering merepotkan, selain karena takut kemenoran juga karena kuasnya sering ilang. Belum lagi kalau dipake wudhu bisa merubah wajah menjadi berwarna. Bisa jadi karena saya beli yang murahan. Mau beli yang agak mahal sayang juga karena ujung-ujungnya dibuat mainan sama cucu, main kecap-kecapan.

#Maskara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun