Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Sayang Padamu

19 Januari 2025   12:06 Diperbarui: 19 Januari 2025   12:06 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayang, duduklah sebentar, mari berbincang bersama, akan kubuatkan secangkir kopi pahit dengan sedikit gula, kesukaanmu. Akan kuceritakan sebuah kisah cinta tentang dua orang manusia yang sangat ingin kualami bersamamu. Tak lain kisah kedua orang tuaku, yang telah menapaki 54 tahun usia pernikahan. Bapakku, 87 tahun dan Ibuku, 75 tahun. Alhamdulillah, Allah memberi usia panjang kepada keduanya.

Pandangan keduanya telah redup seiring usia senja, namun semangat hidup berdua tak pernah luntur. Bapak telah menjadi mata bagi Ibu, yang pandangannya mengabur. Ibu pun menjadi telinga bagi Bapak yang pendengarannya berkurang. Selalu berjalan bersama dengan saling bergandengan tangan, saling menguatkan ketika kaki gemetar memijak bumi. Berbincang bersama merenda waktu melupakan berapa angka usia, sebab mereka tak perlu lagi angka-angka untuk menghitung seberapa rasa cinta diantaranya.

Keduanya adalah kisah cinta satu dari seribu kisah cinta, yang saling menyayangi tanpa lelah karena mereka adalah satu jiwa yang saling membelah.

Kepada keduanya, yang telah menjalani pahit getirnya hidup berumah tangga, yang aku tahu bahwa mereka pun bukan pasangan yang sempurna. Namun mereka tetap bertahan tetap setia di setiap keadaan bahkan dengan kelemahan yang dimiliki masing-masing. Keduanya menyediakan hidupnya untuk berproses bersama, melewati badai dan topan kehidupan berumah tangga.

Entah sudah berapa waktu yang tak lagi terbatas, juga kesabaran yang tak terukur untuk melewati segalanya berdua. Mereka sudah membuktikannya dengan kesabaran tiada batas, menjalani semuanya dengan keikhlasan tiada tara dan meyakini bahwa tidak ada upaya yang sia-sia.

Terhadap semua itu, ingin kukatakan kepadamu, aku sayang padamu. Dalam kamus hidupku kini sudah hilang keping kata 'aku' dan 'kamu' , hanya tersisa 'kita'. Bersamamu ingin kuhabiskan seluruh sisa remah waktu yang tersisa.

Aku sayang padamu , sejak awal datangmu, sejak kita genapkan ibadah terlama kepada-Nya. Sejak kuputuskan untuk melepaskan kebebasan untuk membersamaimu. Ikrarmu sudah terbukti bukan janji yang cepat menguap. Semoga sampai kapan pun, ketika kapal kita terhempas ombak dan badai, tak ada satu pun dari kita berpikiran untuk saling meninggalkan.

Aku sayang padamu, menikmati cinta sederhana yang kamu kirimkan lewat senyum dan tatapan diam. Setiap pagi kulepaskan dirimu dengan rindu saat berangkat kerja dan pulang di sore hari dengan senyuman. Menikmati kemesraan yang selalu hangat meski pun dalam kelelahan.

Aku sayang padamu, menikmati kata-kata manis yang tak pernah basi. Meski pun sering kali kamu berpura-pura antusias mendengarkan setiap ceritaku yang berulang-ulang dan membosankan, lalu kamu tertidur sebelum aku menyelesaikannya.

Aku sayang padamu, menikmati cinta kita yang terus berbunga, ranum sepanjang masa, meskipun aku tak lagi sebergairah semasa muda dulu. Ketika tubuhku lunglai, kencangkanlah pelukanmu di dadaku agar kamu tahu ketukan cinta di hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun