Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Luruh

28 Desember 2024   20:08 Diperbarui: 28 Desember 2024   20:08 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika hamil anak pertama Lisa selalu mual di pagi hari, obatnya hanya es cream campina. Makanya Ibu memberi nama anak kami itu Campinawati, panggilannya Cana. Hamil anak kedua, Lisa sangat doyan makan, kata Ibu saya , ngebo. Lahirlah si Janu Atmoko yang lemu menggemaskan yang suka makan. Tiba-tiba tanpa direncanakan istri jelitaku itu hamil anak ketiga. Bawaannya mual melulu, bau bawang mual, bau nasi mateng mual, melihat cucian piring, cucian baju dan kawan-kawannya mual, melihat saya pun mual. Lha?

Akhirnya suka tidak suka saya menerima jadwal baru, bangun tidur mencuci piring dan alat-alat dapur lainnya, sekalian masak nasi, lauk dan sayurnya nanti agak siangan menunggu kang sayur lewat. Ternyata pekerjaan mencuci itu kelewat kompleks. Setelah mencuci piring dan kawan-kawannya, saya harus menyusun ke dalam rak, piring , sendok, mangkok punya maqom masing-masing. Mencuci baju pun tak kalah ribetnnya. Lihatlah prosesnya, merendam, mengucek, membilas, mengeringkan, menjemur, mengangkat dari jemuran bila sudah kering, melipat, mensetrika untuk baju kerja dan seragam anak sekolah. Sementara proses masih berjalan, sudah datang baju kotor untuk mengantri. Itu baru pekerjaan di dalam rumah, di luar rumah sudah banyak daun kering berserakan di teras, lantai belum dipel, bunga-bunga menunggu disiram, daun-daun gelombang patah hati belum di lap. Beginikah rasanya jadi BRT?

Namun berbeda dengan saya yang bergelimang pekerjaan di rumah, saya perhatikan Lisa menjadi ibu hamil yang berbahagia. Mukanya berseri-seri, mualnya sudah banyak berkurang hanya tinggal eneg ketika bertemu saya saja. Anak-anak tidak lagi senewen ketika bertemu ibunya, tinggal rewelnya saja ketika meminta ini itu kepada saya. Pernah saya dengar Lisa berbicara dengan Ibu lewat telepon, katanya suaminya sudah bisa mencuci piring, pintar mencuci baju juga senang memasak. "Kalau begini saya mau deh hamil lagi sampai anak ketujuh," ucapnya sebelum menutup telepon. Kepala ini mendadak pening, berdenyut nyeri seakan mau meledak, surat PHK yang saya pegang luruh jatuh ke lantai.

BRT = Bapak Rumah Tangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun