Mohon tunggu...
Fiksiana

Moral? Apa Itu? Contohnya?

12 Maret 2017   21:12 Diperbarui: 12 Maret 2017   21:27 46080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Moral adalah ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan perilaku, akhlak yang dimiliki semua orang. Seseorang dapat dianggap bermoral apabila memiliki kesadaran untuk menerima serta melakukan peraturan yang berlaku dan bersikap atau memiliki tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjujung tinggi di lingkungannya.

Contohnya, akhir-akhir ini banyak remaja yang memiliki perilaku yang menyimpang yang dapat merugikan orang lain. Misalnya, seperti kasus di yang terjadi yaitu dua pelajar SMA ditangkap saat ikut pesta sabu-sabu, kemungkinan kasus ini terjadi karena kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya. Perilaku seperti ini juga disebabkan oleh ketidakacuhan terhadap harapan sosial (pelanggaran secara tidak sengaja maupun disengaja) karena mereka kurang bisa menyesuaikan diri terhadap harapan atau aturan-aturan sosial. Kebanyakan orang tua, jika anak sudah memasuki jenjang sekolah menengah atas (SMA) mulai memberi kebebasan pada anak dan terkadang jarang mengawasinya. 

Padahal masa-masa remaja atau peralihan menuju dewasa yang biasanya mengalami pembentukan identitas diri remaja yang berlangsung pada rentan usia tersebut. Anak remaja masih sangat butuh bimbingan dan pengawasan orang tua untuk memiliki moral dan etika yang sopan dalam berinteraksi dan bersosialisasi.

Bukan hanya remaja yang butuh bimbingan dan pengawasan, anak usia dini juga sangat butuh bimbingan dan pengawasan dalam membentuk moral dan etika sejak dini. Contoh kecil moral yang diajarkan pada anak, misalnya berbuat baik atau patuh pada orang tua, memelihara hak orang lain (milik orang lain tidak boleh diambil bahkan diminta, karena itu bukan miliknya), memelihara kebersihan, sopan pada orang lain apalagi sama orang yang lebih tua. 

Proses penyadaran moral berangsur-angsur mulai tumbuh melalui interaksi dari lingkungannya yaitu ketika dia mendapat larangan, suruhan, kecaman bahkan celaan, atau merasakan sebab-akibat dari apa yang dia perbuat mungkin sesuatu yang menyenangkan bahkan mengecewakan baginya. Anak akan sadar bahwa perbuatan atau perilaku yang dia lakukan itu pasti memiliki efek atau sebab-akibat dan betapa pentingnya moral dalam berinteraksi dengan orang lain.

Menurut Piaget Sebagaimana kemampuan kognitif, Piaget berpendapat bahwa perkembangan moral berlangsung dalam tahap-tahap yang dapat diprediksi, yakni dari tipe penalaran moral yang sangat egosentris ke tipe penalaran moral yang didasarkan pada sistem keadilan berdasarkan kerjasama dan ketimbalbalikan. Piaget menamai tahap pertama perkembangan moral sebagai moralitas heteronomi dan tahap kedua otonomi.
Pra moral : bayi yang baru lahir dikatakan belum memiliki moral karena belum memiliki pengetahuan dan pengertian yang diharapkan oleh masyarakat dilingkungan ia hidup.

Heteronomi (berakhir pada usia 5/6 tahun)
Seorang anak belum bisa melihat tingkah laku dari intensinya. Jadi anak hanya bisa melihat bahwa baik buruk tingkah laku adalah akibat fisik yang harus diderita seseorang.

Pada saat ini aturan-aturan tidak bisa berubah dan harus diikuti, selain itu aturan-aturan ini tetap ada dimanapun.kapanpun. olh karena itu jika seseorang melanggar aturan maka ia mendapat hukuman (dari orang-orang yang dipandang memiliki otoritas seperti: orang tua, guru dsb. Misalnya ketika anak melanggar aturan dari orang tua, seperti tidak boleh main PS lebih dari 2 jam tapi tanpa seizin orang tua anak main lebih dari 2 jam dan suatu ketika ketahuan oleh orang tua, dan orang tua menghukumnya dengan cara selama seminggu tidak boleh main PS lebih dari 30 menit. Untuk memberi efek jera pada anak, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Otonomi 

Pada saat ini seseorang anak masih belum bisa melihat tingkah laku dari intensinya. Awalnya seseorang anak belum bisa mengerti bahwa aturan-aturan sosial bisa berubah-ubah sesuai dengan kesepakatan kelompok. (Anak belum memahami bahwa aturan-aturan social itu bisa berubah-ubah sesuai dengan daerah atau kesepakat setiap lingkungan). Kemudian pada tahap ini seorang anak sudah mulai bisa menunjang kejujuran, keadilan dan aturan-aturan sebagai suatu dasar untuk melakukan hubungan dengan orang lain. (Nah pada tahap ini anak sudah mampu mengedepankan kejujuran, keadilan dan aturan-aturan dalam berhubungan atau bekerja sama dengan orang lain guna untuk mencapai suatu tujuan).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun