Mungkin tidak banyak orang yang tahu, mengenai shalat bareng-nya komunitas NU dan Muhammadiyah ini, kecuali civitas academica dan warga sekitar kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang terbiasa mengikuti shalat tarawih di masjid kampus. Â Bagi penulis sendiri, ini adalah pengalaman pertama, juga Ramadhan pertama sejak tinggal di Kota Gudeg ini. Sebagaimana kebanyakan warga Nahdhiyyin, kala bulan puasa tiba, kita mengikuti keputusan para masyayikh saja; awal tanggal puasa, jumlah shalat tarawih, nuzulul-quran, dan perayaan idul fitri yang menandai berakhirnya bulan puasa Ramadhan. Â Namun, perpindahan tempat tinggal, tak bisa tidak pasti disertai beberapa perubahan tradisinya juga. Seperti kata pepatah, dimana kaki berpijak, di situ langit dijunjung.Â
Sebenarnya, hal-hal pakem tidak berubah. Misalnya, orang NU shalat tarawihnya plus witir adalah dua puluh tiga rakaat. Sementara orang Muhammadiyah, shalat tarawihnya delapan rakaat plus witir tiga rakaat. Yang unik dan menarik adalah, ketika mereka berdiri berdampingan dalam shaf-shaf yang rapat sejak pelaksanaan shalat Isya' berjamaah hingga pelaksanaan shalat sunah tarawih. Penulis, sebagai saksi sejarah (aha!) bahkan tidak menyadari jika jubelan makmum yang memenuhi lantai satu dan dua itu berbeda organisasi dan bendera dan 'kitab' fikihnya. Meski gak beda-beda amat juga sih, toh Alquran yang dibaca sama, kitab hadis yang menjadi acuan ya kutubus-sittah itu juga. Jika harus ada unsur pembedanya, mungkin di penafsiran saja, yang menunjukkan bahwa tradisi pemikiran dalam Islam itu beragam dan sangat kaya. Â
Menyoal shalat tarawih bareng ini, secara teknis dimulai dari shalat jamaah Isya'. Setelah salam, lanjut zikiran (kadang zikiran  bareng pakai suara, kadang mode silent, mungkin tergantung 'kubu' imam shalatnya juga). Ada jeda waktu sebelum shalat tarawih, sebagian atau keseluruhan akan berdiri melaksanakan shalat sunah ba'diyah. Barulah imam shalat secara khidmat memimpin ibadah shalat tarawih. Pada bagian ini, terlihat jelas kalau imam shalat di masjid kampus UIN adalah para penghafal Alquran. Setiap rakaatnya mereka membaca bagian-bagian dari surah-surah yang panjang. Malam pertama shalat tarawih itu, imam shalat memulai dari surat Al-Baqarah. Tentunya tidak dibaca sekaligus, tapi beberapa ayat/lembar surah saja, namun dibacanya secara berurutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H