Â
PENDAHULUAN
Apakah kamu  tahu sosok Pahlawan nasional yang  memperjuangkan daerah Karo dari Pertempuran melawan Hindia Belanda?  pernyataan diatas membahas sesosok pahlawan nasional yang berasal dari kabupaten Karo (Sumatera Utara) yaitu, Letjen tni  (purn) Djamin Ginting yaitu seorang pahlawan yang merebut tanah Karo dari persekutuannya dan para pasukan nya  untuk merebut dari pasukan Hindia Belanda .Â
Â
Apakah benar beliau menjadi salah satu orang yang dilantik oleh presiden Soeharto sebagai Duta Besar penuh Berkuasa untuk Kanada ? Nah, agar kita tidak penasaran mari kita bahas sama-sama terkait perjalanan Djamin Ginting berikut ini.
Â
Biografi Jendral Djamin GintingsÂ
Beliau yang lahir di Desa Suka, kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo (sumatera Utara), pada tahun 12 Januari 1921 dan wafat do Ottawa, Kanada pada 23 oktober 1974. Yang memiliki nama lengkap Djamin Ginting Suka atau yang kerap disapa Jamin Ginting. Beliau memiliki seorang ayah yang bernama Lantak Ginting Suka yang berprofesi sebagai penghulu desa dan seorang ibu yang bernama Tindang Br Tarigan . Beliau memiliki seorang istri yang bernama Likas Tarigan yang  berprofesi sebagai Guru dan Politikus Indonesia, dan beliau dikaruniakan lima orang anak yang bernama Riemenda Jamin Gintings, Riahna Jamin Gintings, Sertamin Jamin Gintings, Serianna Jamin Gintings, dan Enderia Pengarapen Jamin Gintings.
Pendidikan Jendral  Djamin GintingÂ
Beliau memasuki sekolah Volkschool ( sekolah Rakyat) di desa kelahirannya pada tahun 1927-1930 dan beliau melanjutkan pendidikan ke Vervolgschool  (sekolah Sambung) pada tahun 1930-1933. Kemudian pada tahun 1933-1936 beliau melanjutkan pendidikan kebahasaan Belanda di Schakel School  yang berada di Kabanjahe dan sekelas dengan Nelang Sembiring. Kemudian beliau pindah ke Medan untuk melanjutkan pendidikan menengah di Ivoorno Instituut  pada tahun 1936-1939 dan melanjutkan kembali untuk mempelajari tentang Kewirausahaan di HamdelSchool . Akan tetapi beliau hanya berangsur 1 tahun pendidikan yakni pada tahun 1939-1940. Pada pendidikan yang terakhir ini beliau tidak dapat menyelesaikan karena tentara pendudukan Jepang menutup sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah colonial Belanda. Akan tetapi dengan kegigihan dan semangat juang yang tinggi terus mendorong beliau untuk belajar. Setelah 1949, beliau belajar bahasa Inggris yang tertunda di sekolah menengah Atas Tentara (SMAT) di Medan di sisi lain beliau memperdalam keterampilannya dengan mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) pada tahun 1953. Dengan kebiasaan beliau mencari ilmu ini beliau menjadi salah satu pemimpin besar di Indonesia.
Â