Ikut senang rasanya, ketika saya "kepo" dengan masuk Kampus UNS dan menjerumuskan diri ke pameran "Museum goes to Campus". Jumlah pengunjungnya lumayan banyak. Kontras sekali dengan keadaan di kebanyakan museum di Indonesia yang lebih sering senyap.
Siang itu auditorium UNS yang terletak di belakang gedung pusat UNS  disulap menjadi arena pameran berbagai museum di Indonesia. Sekitar 20 booth/ stan  berpartisipasi dalam program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Meski hampir sepertiganya diisi dari UNS sendiri seperti Museum UNS, Perpustakaan UNS, Laboratorium Sejarah dan  Komunitas pecinta sejarah, namun museum besar lain juga ikut andil seperti Museum Nasional, Museum Basuki Abdullah, Perpustakaan Bung Karno, Museum Jogja Kembali maupun Museum Sangiran.
Stan Museum Sangiran yang merupakan booth kedua setelah pengunjung masuk, membagikan buku komik tentang sejarah Sangiran dan buku tentang Museum Sangiran, disamping beberapa souvenir.
Mereka juga mempersilakan pengunjung mengisi angket untuk mendapatkan umpan balik tentang tampilan dan kesigapan penjaga pameran. Tampilan museum juga tergolong istimewa dan terkesan sangat tergarap, mulai dari TV LCD, sejumlah artefak, maneqin manusia purba dan gerbang ala gading Gajah
Mereka juga menempatkan penjaga yang juga dewan kurator museum guna memberikan informasi bagi pengunjung. Sayangnya tampilan masih kurang maksimal karena dinding yang kosong sebenarnya masih bisa "digarap" dengan menempelkan informasi tentang keris seperti kesejarahan, periodisasi, proses pembuatan dan lainnya.
Sedangkan Museum Sandi Negara Yogyakarta punya kiat khusus untuk berinteraksi dengan pengunjung dengan cara membuat kuis sandi yang harus dikerjakan, ala pramuka mengerjakan sandi. Pengunjung yang kebanyakan mahasiswa dan siswa SMA tampak asyik bergerombol mengerjakan di stan
Namun, apa saja ternyata bisa menjadi obyek selfie, ada yang mendekati maneqin pejuang, ada yang memakai topi anggar maupun berpose di pintu masuk bersama replika keris raksasa dari kayu. Pihak penyelengara juga mengadakan sejumlah lomba lain di panggung yang ditempatkan di depan auditorium seperti lomba dongeng.
Antusiasme, interaksi pengunjung serta layanan petugas dalam pameran ini layak diacungi jempol, disamping jumlah kunjungan yang lumayan banyak mengingat auditorium UNS bukanlah tempat yang strategis dan mudah dijangkau  umum karena terletak di dalam kampus.
 "Jumlah pengunjung hari pertama sekitar 1010 orang dan hari kedua sekitar 1300 an orang," kata Nely, petugas pendaftaran sambil menata lembar registrasi. Menurut dia, kebanyakan kalau siang pengunjungnya siswa SMA dan mahasiswa sedangan sore hari anak-anak beserta orang tuanya.
Dia berharap mudah-mudahan dapat menggugah kesadaran masyarakat khususnya akademisi dan mahasiswa untuk menyadari arti penting museum dan terbangunnya motivasi yang tinggi  untuk hadir dan berkunjung ke museum.