Kawasan Trangsan di Kecamatan Gatak Sukoharjo dari waktu ke waktu mulai memudar. Pamornya sebagai kawasan perajin rotan berkualitas terancam punah. Kini, banyak perajin yang gulung tikar dan tidak melakukan produksi lagi. Produk yang dihasilkan tidak mampu bersaing di pasaran, sehingga para perajin memilih untuk mengambil dari wilayah lain dan menjual kembali dengan label buatan Trangsan.
“Bagaimana tidak, dengan kulakan dan dijual kembali disini perajin masih bisa mendapatkan untung, sementara kami tidak bisa memproduksi disini dengan harga yang sama dengan yang mereka jual,” ujar Slamet, bendahara Koperasi Perajin Trangsan, Selasa (24/4).
Dipaparkannya, barang yang sama yang berasal dari Jawa Barat harga jualnya Rp 40.000, perajin Trangsan tidak mampu memproduksi dengan harga yang sama. Biaya produksi sekitar Rp 60.000, jadi kalau dijual dengan harga yang sama dengan barang asal Jawa Barat, maka perajin akan merugi.
Keadaan ini, lanjutnya sudah berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Pada 2008, lanjutnya omset turun drastis dan sampai sekarang masih sulit bangkit. Bahkan dirinya yang semula ekspor ke luar negeri, sejak 2008 hingga sekarang belum pernah mengekspor lagi.
“Sampai saat ini kami bingung apa sebabnya, karena harga bahan baku itu sama dengan yang kami dapatkan, harga tenaga kerja juga sama, kami bahkan pernah studi banding kesana, namun tidak menemukan jawabannya, apakah mungkin ada campur tangan dari pihak lain sehingga mereka bisa menjual murah,” ungkapnya penuh Tanya.
Namun sumber lain mengungkapkan bahwa harga tenaga kerja disini cukup besar dan itupun sulit mencarinya. Pihaknya mengaku dulu memiliki lima tukang, namun karena penghasilannya dalam sehari lebih rendah dengan pekerjaan lain, beberapa diantaranya keluar dan memilih mencari pekerjaan lain.
Barang dari Jawa Barat itu dengan bahan rotan yang sama harganya lebih murah. Selain itu, ada juga produk dengan bahan plastik yang merupakan pengganti rotan dan harganya lebih murah. “Kalau semua perajin ini mengambil barang dari Jawa Barat semua, maka citra Trangsan sebagai daerah produksi kerajinan rotan lama kelamaan hanya tinggal cerita,” keluh Slamet.
“Gelaran Grebeg Penjalin” yang diadakan 24 -29 April ini , menurutnya cukup membantu dalam pemasaran, namun untuk pasar lokal dan bukan pasar internasional. Sementara untuk pemasaran internasional pihaknya mengaku kesulitan dalam bersaing harga. Dalam gelaran ini, perusahaan dari Jawa Barat juga membuka stan. (ary)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H