Minggu Pertama (Terinspirasi oleh Puisi)
Mungkin memang sayapku telah patah. Hatiku remuk sakit tak terperi. Bahkan semua terasa hampa. Tapi itu hanya pada awalnya saja. Tatkala diri tak mampu berpikir secara jernih. Ketika kondisi labil menguasai setiap lekuk relung hati.
Haruskah aku bertahan dengan semua keadaan ini? Haruskah aku rela terdampar dan terkapar hanya karena masalah ini? Haruskah seumur hidupku aku terjerat dalam ketidakberdayaan karena kehilanganmu?
“Tidak!”
Aku boleh kehilanganmu, kehilangan cintamu, tapi tidak boleh kehilangan akal warasku. Aku sangat mencintaimu itu memang benar. Aku sama sekali tak menyangkalnya. Bahkan mungkin seumur hidupku. Namun demikian, aku tak boleh goyah apalagi pasrah dengan keadaan ini.
Hidup adalah sebuah perjalanan yang akan berakhir pada sebuah titik. Dalam perjalanan panjang kehidupan, kita akan melewati jalan yang menikung, menanjak, menurun juga suatu saat kita akan menjumpai jalanan yang mulus, bergelombang dan juga terjal. Itulah koma, koma kehidupan. Tak ada kehidupan yang baik-baik saja selamanya juga tak mungkin tidak baik selamanya.
Kehidupan harus terus berlanjut. Hingga kita sampai pada titik dengan kondisi yang menyenangkan dan indah pada waktunya. Seperti inilah keagungan cinta menurutku. Cinta yang didasari rasa yang tulus, ikhlas tanpa berharap harus dibalas atau pun memiliki. Aku pun bisa melapasmu bersamanya dengan senyum bahagia. Tanpa bekas luka yang terpendam.
Gresik, 2 Maret 2016