Mohon tunggu...
Nurhizzah Manalu
Nurhizzah Manalu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sastra mengubah prinsip kehidupan saya, saya juga memiliki hobi editing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ada Apa dengan Partai Islam Indonesia?

3 Juli 2023   17:32 Diperbarui: 3 Juli 2023   17:53 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Nurhizzah Manalu

Nuansa politik Indonesia diwarnai dengan  berbagai partai politik Islam. Namun, sering kali terdengar bahwa partai yang menggunakan (sebutan) partai Islam atau partai berbasis Islam, memperoleh suara yang sedikit. Populasi muslim di Indonesia yang hampir mencapai 86,88% faktanya tidak menjamin kedudukan dan pengaruh  partai Islam dalam percaturan politik nasional. Hal ini dibuktikan PKS, sejak berdirinya sampai sekarang hanya memperoleh suara sekitar 8% dalam pemilu. 

Dalam survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 9 April 2023 mengenai "Kepercayaan Publik Terhadap Lembaga Penegak Hukum, Isu Piala Dunia U-20, Aliran Dana Tak Wajar di Kemenkeu, Dugaan Korupsi BTS, dan Peta Politik Terkini", didapatkan hasil bahwa persentase umat muslim yang memilih partai-partai Islam di Indonesia yang lolos persyaratan untuk mengikuti Pemilu 2024 nanti yang berjumlah enam partai hanya berkisar 16,9% dari total suara pemilih muslim , Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan tiga partai Nasionalis terbesar yang mendapatkan persentase total pemilih muslim yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan partai-partai Islam, yakni sekitar 36,7% . Partai islam mengalami kegagalan dalam persaingan politik nasional.

Di negri Muslim terbesar di dunia ,kekalahan PKB, PKS, PAN, PPP, PBB dan partai-partai islam lainnya dari partai non-agama merupakan hal yang patut dipertanyakan. Terbukti Pada Pemilu 2019 posisi partai Islam tidak juga meningkat dari papan tengah klasemen. Dari lima partai Islam yakni: PKB, PKS, PAN, PPP, dan PBB, yang mengikuti pemilu legislatif di tingkat nasional, tidak ada satupun partai yang berhasil masuk pada tiga besar pemenang pemilu. Bahkan jika hasil pemilu digabungkan, partai-partai ini hanya meraih 31% suara dari total pemilih. Masing-masing partai mendapatkan suara yakni sebanyak: PKB 9,69 %; PKS 8,21 %; PAN 6,84 %; PPP 4,52 %; dan PBB 0,79 % (KPU, 2019). Memang orang Islam yang memiliki insting pada gerakan politik Islam, secara jelas masuk PPP, tetapi tidak jarang juga ditemukan Individu muslim yang memiliki insting politik, tetapi masuk dalam partainya nasionalis, Akibatnya, suara umat Islam kian terpecah pada partai islam. Akan tetapi hal itu tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap posisi partai islam. Bahkan, saat partai Islam hanya satu saja , PPP,  tetap menanggung kekalahan dalam pentas politik nasional.

Belajar dari fenomena kegagalan partai Islam, artinya umat di Indonesia tidak hanya melihat pada asasnya tapi juga kinerja yang dilakukan yaitu kerja yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan. Partai politik Islam gagal menjalankan peran dan fungsinya dalam pendidikan politik antikorupsi. Hal ini dibuktikan pada kasus korupsi Ketua Umum PPP Romahurmuziy, yang mengakibatkan rusaknya citra partai Islam. Selain itu, merujuk pada  tubuh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), di mana mantan ketua umumnya, Lutfhi Hasan Ishaaq, terjerat korupsi kasus impor daging turut mencoreng image partai islam itu sendiri. Masyakarat sudah kurang memercayai partai Islam yang kadernya terjerat korupsi. Efeknya juga akan lebih besar jika dilakukan oleh ketua umumnya.

Sulit membedakan antara partai yang berasaskan Islam maupun yang tidak. Sebab, tidak jarang ditemukan kesamaan kinerja yang bertolak belakang dengan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan. seperti umumnya sebuah partai. Misalnya banyaknya kasus negatif para figur atau tokoh  , dan banyaknya perpecahan partai Islam seperti pecahnya partai PPP kemudian pecahnya partai PKB. Hal ini  kerap kali membuat masyarakat kurang percaya terhadap partai Islam. Masyarakat kurang meminati partai islam

Partai Islam mengalami semacam krisis identitas di mata masyarakat. Identitas partai Islam seharusnya memiliki nilai lebih dibandingkan partai nasional lainnya. Karena ketika sebuah partai sudah berani membawa embel-embel "Islam", tentu tidak sekedar nama, tidak sekedar jargon, namun isi dan konsekuensinya juga harus diperhatikan agar selalu selaras dengan nilai-nilai Islam. Partai islam di Indonesia memang berkembang sangat subur, namun perolehan suara partai Islam dengan partai lainnya yang berideologi lain sangatlah kecil, hal ini dikeranakan banyaknya partai Islam yang ada namun tidak begitu banyak membawa perubahan dalam partai Islam itu sendiri.

Identitas partai Islam yang semakin memudar tidak terlepas dari partai Islam itu sendiri yang banyak dilatar belakangi oleh ormas islam ,mereka lebih cenderung memilih partai berdasarkan kedekatan kultural. Hal ini terlihat oleh partai PKB yang tidak lepas dari NU , PAN yang tidak bisa lepas dari Muhammadiah, PKS yang tidak bisa  lepas dari kelompok Tarbiyah, serta kelompok Islam Abangan yang tidak bisa lepas dari partai berbasis Nasionalis. Hal ini mengakibatkan terpecah-pecahnya internal umat Islam dalam beberapa kelompok yang  menjadikan posisi partai Islam juga menjadi semakin lemah. Akibatnya, hal tersebut membuat umat Islam di Indonesia menjadi kebingungan untuk menilai partai manakah yang sebenarnya paling bisa merepresentasikan kepentingan kelompok muslim itu sendiri. .Akhirnya, partai Islam hanya sekedar nama, masyarakatpun lebih condong kepada siapa individunya, bukan partainya.

Selain itu, partai Islam sulit untuk berkembang salah satunya disebabkan oleh  kecenderungan mengikuti pola-pola yang nasionalis. Misalnya, sifat partai Islam yang mengutamakan keluarga dalam pengrekrutan anggota yang termasuk ke dalam suatu praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang menjangkiti partai Islam perlu dijadikan perhatian serius. Banyak kalangan masyarakat yang tidak percaya terhadap partai Islam juga diakibatkan oleh adanya ekses ini. Masyarakat Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim juga akan lebih sensitif ketika partai Islam yang terjerat kasus korupsi dibandingkan partai lainnya karena selain mereka anggap korupsi sebagai sesuatu yang merugikan secara materiil, korupsi yang terjadi pada partai Islam juga mencoreng nilai-nilai Islam secara keseluruhan.

Salah satu peranan partai politik Islam adalah sebagai sarana komunikasi politik. Masalah terbesar partai Islam di Indonesia adalah masalah representasi. Hadirnya partai Islam yang seharusnya menjadi penyambung lidah umat Islam sejauh ini malah terkesan tidak nampak di permukaan. Partai-partai Islam di Indonesia justru malah terkesan jauh dari kepentingan umat yang diwakilinya. Ketidakhadiran partai-partai Islam dalam masalah-masalah riil yang dihadapi oleh masyarakat berakibat hilangnya dukungan dari pemilih itu sendiri. Pemilih (termasuk pemilih muslim) justru lebih banyak memilih partai Nasionalis dibandingkan dengan partai Islam yang mereka anggap lebih mampu memberikan solusi dari masalah-masalah yang mereka rasakan.

Oleh karena itu, partai-partai Islam di Indonesia harus segera berbenah dengan secara substantif maupun kualitatif, mengevaluasi diri dan belajar dari pengalaman kurang mengenakan pemilu-pemilu sebelumnya. Partai Islam bisa memanfaatkan sarana sosialisasi politik . Melalui sosialisasi politik ini, Partai Islam  dapat memperkenalkan nilai, sikap dan etika politik yang dianut oleh Partainya sebagai sebuah partai islam melalui pelbagai wujud keorganisasian yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga melalui sosialisasi politik ini, Partai Islam dapat mendapatkan dukungan dari masyarakat khususnya muslim, serta membentuk masyarakat Indonesia yang lebih kaya akan nilai, sikap dan etika Islam dalam membentuk ideologi islam sebagai dasar dalam berpolitik. Visi misi serta program-program partai Islam pun harus mampu memenuhi ekspektasi umat muslim di Indonesia yang sudah sejak lama tidak terakomodir dengan baik. Selain itu, partai-partai Islam sendiri dibebani oleh term "Islam" yang melekat pada jati diri partai dan perlu untuk mereka jaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun