Mohon tunggu...
Nurhikma Immha
Nurhikma Immha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

untuk menambah pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peraturan Hijab di Iran, Sejarah dan Kontrofersi

19 Juli 2024   20:24 Diperbarui: 19 Juli 2024   20:33 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iran dikenal sebagai salah satu negara dengan peraturan hijab yang ketat. Sejak Revolusi Islam pada tahun 1979, hijab atau jilbab menjadi bagian wajib dari busana perempuan di negara ini. Kebijakan ini telah menjadi topik kontroversial dan sering kali memicu perdebatan di dalam dan luar negeri.

Sejarah Singkat Hijab di Iran

Sebelum Revolusi Islam, Iran adalah negara yang lebih sekuler. Pada masa pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi, modernisasi dan westernisasi diberlakukan secara luas, termasuk dalam hal busana. Perempuan bebas memilih apakah mereka ingin mengenakan hijab atau tidak. Namun, setelah Revolusi Islam yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini, aturan mengenai pakaian berubah drastis. Pemerintah baru menetapkan bahwa semua perempuan, termasuk wisatawan asing, harus mengenakan hijab di depan umum.

Peraturan Hijab

Menurut undang-undang di Iran, perempuan wajib menutupi rambut, leher, dan tubuh mereka kecuali wajah dan tangan hingga pergelangan tangan. Hijab harus dikenakan di semua tempat umum, termasuk sekolah, universitas, kantor, dan di jalanan. Perempuan yang melanggar aturan ini dapat menghadapi sanksi berupa denda, penjara, atau hukuman cambuk.

Kontroversi dan Protes


Peraturan hijab di Iran telah lama menjadi sumber kontroversi. Banyak perempuan Iran yang merasa bahwa kewajiban mengenakan hijab adalah bentuk penindasan terhadap hak-hak mereka. Sejak tahun 2017, gerakan protes yang dikenal sebagai "Hari Rabu Putih" mulai muncul, di mana perempuan mengenakan jilbab putih atau mengibarkan kerudung putih sebagai simbol protes terhadap aturan hijab.
Selain itu, ada gerakan "My Stealthy Freedom" yang dimulai oleh jurnalis Masih Alinejad, yang mendorong perempuan Iran untuk memposting foto dan video mereka tanpa hijab di media sosial sebagai bentuk perlawanan.

Dukungan dan Penolakan

Meskipun ada banyak penolakan, masih ada sebagian masyarakat Iran yang mendukung peraturan hijab. Mereka berpendapat bahwa hijab adalah bagian penting dari identitas dan budaya Islam yang harus dipertahankan. Kelompok konservatif berpendapat bahwa hijab melindungi perempuan dari pelecehan dan mempertahankan kesopanan di ruang publik.

Perubahan dan Masa Depan

Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa upaya untuk melonggarkan peraturan hijab, terutama di kota-kota besar seperti Teheran. Beberapa pejabat pemerintah dan pemimpin agama telah mengisyaratkan perlunya pendekatan yang lebih moderat terhadap kebijakan hijab. Namun, hingga saat ini, perubahan signifikan belum terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun