Mohon tunggu...
Nurhikmah
Nurhikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi STIBA Ar-Raayah Sukabumi

Nama lengkap Nurhikmah atau akrab disapa Hikmah. Lahir pada 29 Desember 1999 di Makassar, Sulawesi Selatan. Sekarang sedang kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar-Raayah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Tak Selamanya Bersamamu

13 Maret 2021   19:33 Diperbarui: 13 Maret 2021   19:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara itu selalu melekat dengan organ mungilku, mendayu-dayu didalamnya, bahkan tak jarang ia menari riang dan tak kenal kata lenyap. Yah, itulah yang sering ia lakukan ketika mentari mulai menampakkan cahayanya seiring dengan kicauan burung-burung yang menghiasi langit merah yang semakin membiru.

Aku tak tau mengapa suara itu selalu hadir, dan terngiang-ngiang dikepalaku, bak bayi yang menginginkan pelukan hangat dari seorang ibu.

Tanpa berfikir panjang, raga ini tak lagi menghiraukannya, dan mempersilahkannya untuk tetap tinggal dan bersua. Sampai pada titik dimana langit telah melaksanakan tugasnya, memberikan cahaya ketika waktunya telah tiba, dan memberikan kegelapan ketika cahaya bersiap untuk pergi dan menghilang.

Ketika cahaya dan kegelapan mulai saling berjalan sesuai porosnya, raga ini mulai merasakan sesuatu yang berbeda, dia tak lagi merasakan adanya cahaya. Gelap, gelap, dan kegelapanlah yang ia rasakan. Sampai pada akhirnya jam telah berputar 90 derajat, pada saat itulah mulailah raga ini merasakan sebuah cahaya, sepercik tapi nyata.

Dalam raga ini kebingungan, dan berkata : "Apa yang terjadi denganku? ". Raga ini pun tak henti-hentinya merasakan kebingungan disertai dengan suhunya yang semakin meninggi.

Hari berlalu, ia tak lagi mendengar suara itu, suara yang selalu datang menari dikala mentari milai menmpakkan cahanya. Raga ini mulai merindukannya, akan tetapi hasilnya nihil, ia sama sekali tidak dapat menggapainya.

Hingga pada hari yang tepat,setelah suhunya semakin seimbang, ia pun mulai merasakan kehadirannya walau tak seceria dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun