Mohon tunggu...
Nurhikma
Nurhikma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seseorang yang senang mengisi waktu luang dengan bernyanyi, membaca novel dan buku-buku motivasi. Selain itu, saya juga penggemar konten-konten inspiratif dari Ustadz Hanan Attaki.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pilar Toleransi dalam Keberagaman

7 Januari 2025   10:25 Diperbarui: 7 Januari 2025   09:27 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

               Pilar Toleransi dalam Keberagaman

       Keberagaman agama, suku, bahasa, dan budaya Indonesia sangat dihormati. Keberagaman ini tidak dimiliki oleh semua negara di dunia. Tetapi keberagaman juga memerlukan kemampuan untuk menghormati dan memahami satu sama lain. Selain itu, keberagaman ini menjadi tantangan yang sulit, terutama ketika perbedaan ini menyebabkan perselisihan, diskriminasi, atau ketidaksetaraan. Toleransi adalah kunci untuk mempertahankan persatuan di tengah keberagaman dalam situasi ini.

       Toleransi berarti menerima perbedaan dan menghargai, memahami, dan hidup berdampingan dengan sesama. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menunjukkan betapa pentingnya toleransi sebagai komponen penting dalam membangun harmoni sosial. Melalui tulisan ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk merenungkan prinsip-prinsip toleransi dan mengembangkan sikap inklusif yang mendukung keberlanjutan negara di tengah keberagaman.

        Moderasi beragama adalah sikap yang mengedepankan keseimbangan, toleransi, dan jalan tengah dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama. Ini menghindari ekstremisme, baik dalam bentuk konservatisme berlebihan yang menutup diri maupun liberalisme yang mengabaikan nilai-nilai dasar agama. Konsep moderasi beragama bertujuan untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat yang beragam dari segi agama, budaya, dan keyakinan. Sebaliknya, moderasi beragama membantu menjaga hubungan yang harmonis antarumat beragama dan mencegah konflik yang dapat terjadi karena ekstremisme atau intoleransi.

       Salah satu hasil utama moderasi beragama adalah toleransi. Ia tidak hanya menerima orang dengan keyakinan berbeda, tetapi juga menghormati dan mengakui hak orang lain untuk menganut keyakinannya. Karena ekstremisme cenderung mengaburkan ruang diskusi dan menghancurkan kepercayaan antarumat beragama, toleransi menjadi sulit dicapai jika tidak ada moderasi. Ketika masyarakat menghargai perbedaan, ideologi yang memecah belah tidak dapat menyebar. Sebagai contoh, mengajarkan toleransi, seperti menghormati pendapat teman, dapat membantu menghasilkan generasi muda yang lebih toleran dan terbuka terhadap keberagaman di sekolah.

      Toleransi memungkinkan masyarakat hidup bersama dengan damai dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Toleransi dicapai melalui penghormatan terhadap tradisi, agama, dan kebiasaan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Ummat beragama di Indonesia, contohnya, saling membantu saat merayakan perayaan agama, seperti gotong royong membersihkan lingkungan menjelang Idulfitri atau Natal. Konsep ini menunjukkan bahwa orang dapat bekerja sama untuk menciptakan harmoni meskipun mereka beragama berbeda.

      Bukti konkret pentingnya toleransi dapat dilihat dari keberhasilan daerah-daerah yang mengutamakan dialog dalam menyelesaikan konflik. Misalnya, di Bali, meskipun mayoritas penduduknya beragama Hindu, mereka mampu hidup harmonis dengan pemeluk agama lain karena nilai-nilai toleransi yang dipegang teguh. Sebaliknya, di wilayah yang rendah tingkat toleransinya, sering terjadi konflik horizontal l yang merugikan semua pihak.

      Oleh karena itu, moderasi beragama adalah cara utama bagi umat manusia untuk mencapai kedamaian dalam keberagaman. Moderasi beragama adalah keharusan untuk mempertahankan persatuan di tengah tantangan zaman di Indonesia. Toleransi yang berasal dari moderasi beragama menunjukkan bahwa perbedaan adalah jalan menuju keharmonisan, bukan penghalang. 

Sebagai masyarakat yang penuh dengan keberagaman, sudah waktunya kita meninggalkan cara berpikir yang eksklusif dan menggantinya dengan cara berpikir yang inklusif. Oleh karena itu, moderasi beragama bukan hanya slogan,tetapi itu adalah cara hidup yang menjaga harmoni sosial kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun