Mohon tunggu...
Nur Hidayatullah
Nur Hidayatullah Mohon Tunggu... -

saya adalah anggota pramuka di Racana Sangkareang Teratai putih Universitas Mataram

Selanjutnya

Tutup

Money

Keringanan Akan Bahan Pokok

15 April 2015   05:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:05 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

By: Nur Hidayatullah
Beras merupakan komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, hampir seluruh penduduk di negara ini mengkonsumsi beras setiap harinya. Hal ini menyebabkan komoditas beras memiliki nilai yang sangat strategis, selain karena menguasai hajat hidup orang banyak, juga dapat dijadikan parameter stabilitas ekonomi dan sosial negara. Apabila terjadi kelangkaaan atau tidak terpenuhinya kebutuhan beras pada masyarakat, akan berdampak pada inflasi dan gejolak sosial. Perum BULOG sebagai BUMN yang memiliki tugas PSO (public service obligation) mengemban amanah untuk menjaga stabilitas harga beras di tingkat produsen dengan melakukan pembelian beras petani (medium) dengan HPP dan di tingkat konsumen dengan melakukan operasi pasar (OP) pada saat terjadi kenaikan harga beras atau kelangkaan beras.
Terkait komoditas beras, selain mengelola beras PSO, Perum BULOG juga menjalankan bisnis dan perdagangan beras premium. Beras premium memiliki nilai ekonomi dan kualitas yang lebih baik dibandingkan beras medium. Beras premium yang ditangani BULOG merupakan beras kualitas tinggi yang berasal dari dalam negeri (DN) dan luar negeri (LN).
Pengadaan beras DN premium BULOG diperoleh melalui pembelian langsung dari penggilingan padi dan beras lokal unggulan produk UPGB (Unit Penggilingan Gabah Beras) BULOG. Pengadaan beras LN premium diperoleh melalui impor beras dari Vietnam dan Thailand. Perdagangan beras premium BULOG dilakukan dengan melakukan penjualan ke pasaran umum secara retail dan wholesale, kerjasama dengan Koperasi serta melalui distribution center (DC) dan outlet BULOG Mart.
Memang beras merupakan bahan pokok utama yang dibutuhkan oleh manusia, sehingga ketika kenaikan harga beras seperti yang terjadi kemaren secara otomatis masyarakat atau rakyat Indonesia sangat resah terutama masyarakat kalangan bawah, karena penghasilan mereka dilihat dari mata pencahariannya, mereka hanya cukup untuk membeli beras, bahkan ada yang tidak cukup untuk membeli beras, bagaiman untuk membeli yang lain seperti lauk-pauk. Sehingga kenaikan harga beras yang melonjak kemarin merupakan kenaikan paling tinggi selama ini. Ada begitu banyak aktor penyebabn kenaikan harga beras ini seperti kegagalan panen para petani di bebebrapa wilayah karena terjadinya bencana alam seperti banjir dan lain sebagainya.
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir, membantah isu yang beredar selama ini bahwa Bulog membeli harga gabah atau beras di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Menurutnya, Bulog sudah seharusnya patuh terhadap Inpres Nomor 5 Tahun 2015.
“Bulog tidak mungkin membeli harga di bawah HPP jika gabah atau beras sesuai standard yang ditetapkan,” kata Winarno, Selasa (14/4/2015).
Kalaupun pada daerah-daerah tertentu Bulog membeli di bawah HPP, kata dia, tentu Bulog memiliki alasan yang tepat dan dibenarkan sesuai aturan yang ada. Misalnya, karena kualitas yang tidak memenuhi standard, termasuk tingginya kadar air.
“Jika demikian keadaannya, apa yang dilakukan Bulog sudah benar. Bulog sudah on the track, sesuai Inpres yang ada,” pujinya.
Dia menambahkan, harga gabah kali ini memang sangat bervariasi. Ada yang di bawah HPP dan ada pula yang lebih tinggi. Bahkan, untuk satu kabupaten saja, beberapa kecamatan juga memiliki harga yang tidak sama.
"Tetapi, sekali lagi, itu bukan salah Bulog, karena harga memang tergantung kualitas," ujarnya.
Hal senada disampaikan pakar pangan Khudori. Menurutnya, kalaupun Bulog membeli dengan harga di bawah HPP, tentu ada alasan yang dibenarkan. Karena Inpres Nomor 5 tahun 2015 sudah sangat detail dan eksplisit mengatur harga sesuai kualitas.
“Jadi Inpres itu sendiri sudah jelas dan tidak mungkin multitafsir. Kalau pun Bulog membeli harga di bawah HPP itu karena kualitas gabah lebih rendah dari standard, misal kadar air rendah atau padi prematur yang dipanen akibat roboh terkena angin,” terangnya.
Seperti diketahui, berdasarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2015, HPP Gabah Kering Panen adalah Rp3.700 per kilogram di petani, HPP Gabah Kering Giling (GKG) Rp4.600 per kilogram di penggilingan dan Rp4.650 per kilogram di gudang Bulog, dan HPP beras adalah Rp7.300 per kilogram. indikator kualitas beras adalah kadar air, butir patah, butir menir, derajat sosoh.
Kabar seperti diataslah yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat akan turunnya harga beras, karena dengan turunnya harga beras masyarakat setidaknya tetap mereka makan walaupun 2x sehari bagi masyarakat kalangan bawah. Tidak hanya masyarakat kalangan bawah saja yang bahagia akan kabar tersebut tetapi mungkin semua masyarakat Indonesia.
Sumber:
http://news.okezone.com/read/2015/04/14/337/1134205/harga-gabah-masih-untungkan-petani
http://ugm.ac.id/id/berita/1194kebutuhan.indonesia.akan.beras.dan.kedelai.paling.tinggi.di.dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun