Love is a hard thing that everyone can resist. Sebuah kalimat singkat,padat dan jelas dimana hanya siapapun yang benar-benar bisa memahaminya yang akan mampu menterjemahkannya sekaligus melakukannya dengan benar. Jika banyak makna tersurat mari jabarkan bahwa mencintai juga memiliki takaran keikhlasan.
1. Siapakah, apakah dan manakah yang benar-benar kamu cintai!
Jangan mengatakan bahwa memahami perasaan itu mudah namun siapkah hati jika memang pilihan terbagi. Banyak pasangan yang berpisah karena timbulnya prioritas lain dalam hidup. Ilustrasi ini diambil dari sepasang sejoli yang saling mencintai namun terpisah jarak karena pekerjaan masing-masing atau munculnya peluang lain semisal pekerjaan yang lebih menjanjikan daripada harus berdiam diri bersama pasangan yang menemani. Jadi pastikan hati mana yang benar-benar terpilih.
Bisa saja seorang pengangguran yang lama menganggur kini mendapatkan pekerjaan yang sesuai bidang dan minatnya. Hal itu bisa menjadi cinta pada pekerjaan atau bisa jadi pula sosok yang dinanti mengetuk pintu rumah lalu mengajak membina hubungan yang lebih baik. Ini juga merupakan cinta yang dicari. Tetapi semua itu butuh penantian dan ikhtiar yang tak selalu mulus. Oleh karena itu pastikan cinta seperti apa yang benar-benar kamu cari.
2. Benarkah? Yang dirasakan itu cinta
Tak selamanya sebuah perasaan bisa diterjemahkan sebagai cinta? Mengapa? Karena ada beberapa perasaan yang tak bisa dikategorikan sebagai cinta. Utamanya cinta kepada lawan jenis. Oleh karena itu pastikan perasaan yang dirasakan. Apakah hanya simpati atau perasaan yang timbul karena iba, kasihan atau lainnya atau empati dimana perasaan yang muncul karena sempat merasakan di posisi mereka sehingga ingin membantu meredakan luka yang diderita. Â Sesungguhnya cinta merupakan fitrah karena bagaimanapun anugerah berbentuk cinta datang kapan saja dan tak diduga. Semuanya bisa merasakan cinta namun benarkah lawan mainnya akan balik mencintai. Saat itu terjadi hilangkan sikap egois dan bersikaplah bahwa cinta mungkin akan datang tepat pada waktunya.
3. Menysukuri apa yang bukan milik kita
Kalimat ini memang aneh namun kebanyakan orang akan bersyukur dengan apa yang mereka milki akan tetapi mereka juga lupa mengingat bahwa yang selamanya kita miliki tak akan ada yang kekal. Akan kembali ke tempatnya. Oleh karenanya bersyukurlah dengan hal yang bukan milik kita karena semua kehidupan memiliki takaran masing-masing. Memiliki porsi yang berbeda-beda dan tidak setiap apa yang baik akan selalu baik juga untuk kita.
Contohnya salah satu sahabat saya berpacaran sejak kuliah, meniti karir bersama hingga keduanya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan magister dengan jarak yang lumayan jauh Bandung dan Yogya namun ketika akhirnya sahabat saya yang notabede nya perempuan inginkan kepastian bertanya mengenai kesiapan mental dan finansial mengenai pernikahan yang memang pernah mereka utarakan dan jadikan tujuan. Pihak lelaki yang kebetulan menjadi tulang punggung keluarga lebih condong stay di Yogya dan karena lain hal akhirnya mereka memutuskan berpisah setelah lima tahun bersama.
Bisa dibayangkan siapa saja yang hancur perasaanya. Keduanya hancur karena mereka membangun sebuah hubungan dengan tanpa niat yang kokoh. Mereka terlalu sibuk menata masa depan masing-masing tanpa berembuk mengenai hubungan yang harusnya memiliki tujuan yang sama. Hingga akhirnya mereka tenggelam dalam kejenuhan karena perbedaan pemikiran.
Jika saja cinta yang mereka perankan adalah cinta yang sama-sama dalam putaran yang sama. Cinta yang ikhlas mau dibawa kemana saja. Kendala apapun mungkin bisa dihadapi sayangnya perasaan hanyalah sebuah perasaan.