Budaya di bahas dalam Perspektif  kepemerintahan dan kemasyarakatan.Â
Istilah budaya memiliki beberapa arti yang telah dirumuskan dalam beberapa definisi atau bentuk dan ketentuan . Dari hasil yang di peroleh ada dua orang ahli antropologi yang berpengaruh,yaitu (Alfred Louis Kroeber dan Clyde Kluckholn) Mereka membahas dalam bukunya Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions (1952)],mereka telah mendokumentasikan lebih dari 161 definisi budaya (Cao, 2003, 371).Â
Spencer-Oatey (2012, 2) mencoba membandingkan mengkompilasi beberapa pengertian wacana dan pemahaman budaya Secara sederhana dan ter perinci, budaya komunitas berarti kepercayaan,kesukaan, dan perilaku anggota komunitas, sepanjang sesuai dengan mekanisme yang menghubungkan ciri-ciri tersebut yang sudah ter tera diatas dengan yang lainnya. Budaya juga dimaknai untuk menyimpulkan cara suatu kumpulan  membedakan diri mereka dari kumpulan yang lain melalui sejarah, tradisi, nilai,gambaran, bentuk dan kepercayaan (Cao, 2003, 371). Masyarakat atau pun masyarakat dan kependudukan hidupe Berbudaya dan bukan dalam budaya, dengan sumber budaya yang diciptakan melalui praktek-praktek dan diskusi manusia itu sendiri.Â
Nilai-Nilai Budaya dan Pembangunan pembangunan Ekonomi.Â
Schwartz (1999, 24-25) mendefinisikan nilai sebagai konsep dan rangkaian keinginan yang memandu memacu cara pelaku sosial sepertipemimpin organisasi-organi sasi yang telah ada, pembuat kebijakan, perorangan memilih tindakan, acuan, menilai masyarakat dan kejadian, serta menjelaskan, memahami dan merangkum kegiatan dan aksinya. Dalam pandangan dan ketetapan tersebut, nilai adalah salah satu kriteria atau tujuan lintassituasional seperti keamanan dan hedonisme, diurut kan menurut kepentingan sebagai panduan kehidupan. Avrami etal. (2000) dalam Stephenson (2008, 129) menganggap konsep, pandangan aturan nilai sebagai suatu keadaan intrinsik dan universal yang saat ini secara umum menjadi suatu konstruksi sosial dan merakyat yang lahir dari konteks budaya dalam suatu waktu dan tempat yang sudah di analisis.Â
Secara implisit atau eksplisit, nilai-nilai budaya merepresentasikan ide abstrak tentang apa itu barang, hak, dan keinginan dalam masyarakat (William 1970 dalam schwartz, 1999, 25).Â
Nilai-nilai budaya ini (seperti kebebasan, kesejahteraan, keamanan) merupakan dasar bagi norma-norma khusus yang menunjukkan apa yang cocok pada situasi yang beragam. Fungsi lembaga sosial (seperti sistem keluarga, pendidikan, ekonomi, politik, agama), tujuan dan bentuk kegiatannya, mengekspresikan prioritas nilai-nilai budaya. Sebagai contoh, dalam masyarakat yang menilai pentingnya ambisi dan keberhasilan individu, organisasik Ekonomi dan sistem hukumnya menjadi lebih kompetitif (seperti pasar kapitalis dan proses hukum adversarial).
Potensi perubahan budaya dapat dipahami dari perubahan konteks sosial ekonomi dunia sejak revolusi industri. Tibbs (2011, 16) menilai sumber perubahan mendasar adalahp? Pertambahan jumlah penduduk dalam 10 tahun mulai dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2009 sehingga penduduk dunia bertambah dari 6 miliar menjadi 6.8 miliar dan diperkirakan akan terus meningkat (tapi lebih lambat) sampai pertengahan abad 21.
Pertumbuhan penduduk yang cepat merefleksikan keberhasilan modernisasi dan industrialisasi. Hal tersebut menyebabkan suatu perbaikan kondisi material yang tidak pernah terpikir sebelumnya dalam kehidupan ratusan juta penduduk, dengan meningkatnya pendapatan, harapan hidup, kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan (Goklany 2007 dalam Tibbs, 2011, 16).Â
Karakteristik utama modernisasi dalam 250 tahun sejak revolusi industri adalah ekspansi tanpa henti, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan industri dan perdagangan, dane Ledakan penduduk dunia. Ekspansi merupakan salah satu prinsip dinamika modernisasi.
Guiso et al. (2006, 23-24) mencoba memberikan pemahaman dan pengertian yang sangat sederhana dalam mendefinisikan nilai-nilai dan faktor faktor budaya  pengaruh pengaruhnya terhadap hasil-hasil ekonomi.