Teman diskusi? Entah kapan terakhir kali ia bertukar cerita dengan orang lain. Rasanya terlalu pengecut jika ia menjadi sangat takut hanya karena jatuh, patah sekali.Â
Suaranya mengalun mengisi seisi kamar, ia dengar dengan seksama resahnya, setelah itu kembali berbenah menyelamatkan diri dari rusak yang lebih parah.Â
Ia hanya berdiskusi dengan dirinya sendiri, bersama Ull yang banyak patahnya dan Ull yang percaya diri berbenah menjadi lebih baik. Â
"Ull, aku tahu ini nggak mudah, tapi meski ingin gila, kamu hebat!" Begitu kata Ull yang begitu percaya diri.Â
"Ull, sama seperti kemarin, Ull yang saat ini merasa begitu sedih akan berlalu, besok akan hadir Ull yang baru dengan perasaan baru. Kamu percaya hidup bergerak, hari-hari yang berlalu dan yang akan datang diisi oleh Ull yang berbeda. Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah menjadi Ull yang lebih baik setiap hari berganti."Â
Mungkin aneh, jika di dalam diri Ull ada dua sisi, kenapa bukan sisi baiknya saja yang mencuat ke permukaan? Seharusnya seperti itu, bukan? Tapi satu-satunya hal yang Ull tahu, ada satu pengaturan otomatis dalam dirinya. Ull dengan resahnya bisa bertahan ketika di permukaan, tapi Ull yang percaya diri belum tentu bisa, ia berperan untuk menguatkan Ull yang lain ketika malam tiba atau Ull sedang menyendiri.Â
"Kita bisa, kamu tahu itu," rasanya terlalu memaksa kata-kata itu, terlalu bullshit untuk diucapkan. Tapi memang benar, kata-kata itu harus terucap sesering mungkin agar format alam bawah sadar Ull bisa membaik, sebaik perkataan Ull yang percaya diri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H