"Nggak ada yang terlalu alay atau lebay untuk dipublikasikan, semua hanya prasangka pikiranmu, Nuul," ujarnya memperingatkan diri sendiri, berusaha memblok pikiran negatif yang menginvasi kepercayaan dirinya untuk berkarya.Â
"Kamu terlalu sering ragu mengambil keputusan dengan alasan takut hal itu akan memberatkan orang terdekatmu, takut berkarya dengan alasan tidak cukup layak untuk dilihat orang lain, takut bersuara dengan alasan masih kurang ilmu, takut mengajar dengan alasan belum berpengalaman. Kamu hanya kebanyakan takut, Nuul, bukannya benar-benar tidak bisa melakukan apapun." Nasihatnya, menaikkan volume suara agar telinganya mendengar dan otaknya akan berhenti takut berlebihan.Â
Tidak ada yang akan mendengar suaranya yang bergetar, begitu pun tidak akan ada yang menemukannya di atas pohon yang jauh dari rumah dan orang-orang.Â
Nuul hanya takut, ia bisa melakukan banyak hal, seperti memanjat pohon dan membuat rumah pohon sendiri. Walaupun tetap saja ia takut lama-lama sendiri, hantu, ular, rumah pohon yang roboh atau hal menakutkan lainnya masih sering mengisi kepalanya.Â
"Okey, sekarang mari kita bermeditasi, kosongkan pikiran dan pejamkan mata. Semua hal di muka bumi ini menyenangkan selain pikiranmu, Nuul, mari kita bersihkan remah-remah negatif di kepala untuk hidup lebih sehat fuuhh..." tuturnya pelan, seolah berbisik dengan diri sendiri.Â
Selama 1 jam, bertemankan angin sepoi-sepoi dan sebatang kayu pengusir kejahatan, Nuul menghabiskan waktu dengan alunan musik penenang. Tenggelam di balik dedaunan hijau yang lebat.Â
Drrtt drtt drtt
Getaran dari ponsel membangunkan Nuul dari meditasi, panggilan dari seorang teman yang tidak terlalu akrab dengannya membuatnya memungut ponsel yang tergeletak di papan. Tentu saja Nuul tidak mengangkatnya, ia hanya mengaktifkan mode pesawat dan bersiap turun dari rumah pohon.Â
"Nanti ku hubungi kembali ya," ujarnya setelah getaran ponselnya mati, ia mengingatkan diri sendiri. Nuul memang sedikit jahat, tapi ia pikir itu hanya bagian dari menyelamatkan diri dari ketidaknyamanan.Â
"Aku hanya butuh waktu sendiri, sebentar saja, emm, aku tetap baik walaupun menghindari beberapa hal," ucapnya, bermonolog sendiri, menyusuri jalan dengan tongkat kayu yang siaga.
"Untuk mempertahankan diri, aku harus bisa tegas terhadap diri sendiri, berani memutuskan hal untuk diri sendiri dan berani berpendapat. Nggak ada yang salah menepi dari hiruk pikuk manusia lain, tapi kita tetap bagian dari lingkungan sosial. Semangat, Nuul."Â