Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pilihan Juga Mesti Dipilah

22 Januari 2023   06:43 Diperbarui: 22 Januari 2023   07:24 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jangan-jangan, kita tidak pernah benar-benar memilih dengan kesadaran diri sendiri. Keputusan-keputusan kita selama ini sebagian besar berandalkan pilihan, nasehat, pengaruh orang lain. Entah, benar atau salah kita lebih condong pada pilihan mayoritas tanpa pernah benar-benar memahami konsekuensinya. 

Rasanya bingung juga, bagaimana sih bentuk pilihan yang melibatkan diri sendiri secara penuh? Karena sedari awal pun, kita sudah lebih dulu didoktrin oleh orang tua maupun sekitar. Jadi, secara alami pilihan kita akan berotasi pada lingkaran itu terlebih dahulu, kemudian beradaptasi lebih jauh pada pilihan yang melibatkan populasi yang lebih banyak lagi. 

Ada salah satu cerita menarik dari salah seorang ustadz yang bisa dikatakan, beliau mengawali pilihannya dengan keingintahuan yang tinggi, dengan bekal ilmu dan logika yang diatas rata-rata. Bukan hanya berpasrah pada keputusan kelompok atau lingkungan, tapi beliau berani memilih keputusan kontra dengan kehidupan sebelumnya. Beliau dengan jelas memahami konsekuensi pilihannya saat itu, namun kesadaran itu pula yang mengantarkan pada konsekuensi lain dari pilihannya saat ini. 

Beliau adalah ustadz Felix Siauw. Beliau adalah seorang ustadz, pendakwah dan penulis beretnis Tionghoa-Indonesia, menjadi seorang mualaf semenjak masa kuliah. Dimasa kuliah yang sedang sibuk-sibuknya berorganisasi, nongkrong, atau nugas akan tetapi beliau dialihkan pada satu misi yang memenuhi kepalanya, dan keputusan besar mengarahkan beliau memilih menjadi seorang mualaf. MaasyaAllah^^

*Tiba-tiba kepikiran dengan pilihan diri sendiri, selama ini sudah benar-benar milih atau cuma ngikut arus aja, fiuh :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun