'Astaghfirullah, terulang lagi.'
'Ingat, aku adalah Raib, Raib adalah Nena. Walaupun Nena adalah versi lamunan saja, versi yang aku inginkan'
'Huft, sepertinya aku harus banyak bertemu manusia lain.'
Raib beranjak dari tempat tidur, langit-langit kamarnya terlukis percakapan tadi, lebih tepatnya lamunannya seolah bergelantungan di atas sana.Â
Perkenalkan namaku Raib, seorang introvert atau mungkin kata orang, Raib si anti sosial. Raib, sejak memasuki bangku kuliah, ia memilih mengurangi interaksi dengan yang lain, teman lama ataupun siapapun itu. Maka dari itu, akhir-akhir ini Raib cenderung hidup di dalam cerita yang dibuat kepalanya. Ia ingin menjadi Nena yang tidak peduli banyak hal, Raib tidak ingin menjadi seorang yang kelimpungan sendiri dengan kepalanya yang rumit.Â
"Raib," panggil ibu dilangkah pertamaku meninggalkan kamar.
"Ya?" sahutku, menghampirinya.Â
"Ikanmu baru saja mati, ibu mau olah, enaknya goreng atau masak?" tanyanya, memperlihatkan ikan yang tergeletak di talenan.
"Hehehe, goreng saja, aku keluar dulu, Bu."
'huft, ikanku mati lagi, entah kenapa tanganku tidak cukup baik mempertahankan hal-hal baik, em tapi... ikan itu tadinya baik-baik saja, eh, atau ada yang membunuhnya?'
"Yara!" teriakku pada adikku yang bermain di halaman.