Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan penduduk dunia yang menderita anemia berjumlah 1,62 miliar orang, dengan prevalensi pada anak sekolah dasar sebesar 25,4% atau 305 juta jiwa. Anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan mayoritas terjadi pada anak usia 5 -- 12 tahun yaitu sebesar 29% di Indonesia.
Anemia merupakan kondisi medis yang terjadi ketika jumlah sel darah merah dalam tubuh lebih rendah dari jumlah normal. Sel darah merah adalah sel darah yang bertanggung jawab untuk mengirimkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ketika sel darah merah dalam tubuh sedikit dan mengalami gangguan, maka tubuh tidak dapat menerima oksigen dengan cukup.
Dampak  anemia  bagi  siswa  sekolah  dasar adalah menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan  baik  sel  tubuh maupun  sel  otak sehingga  menimbulkan  gejala muka  tampak pucat,  letih,  lesu  dan  cepat  lelah sehingga dapat  menurunkan  kebugaran  dan  prestasi belajar. Selain itu, anemia dapat menyebabkan rendahnya  daya  tahan  terhadap  penyakit, tingkat kecerdasan yang kurang dari seharusnya, prestasi belajar/kerja dan prestasi olahraga  yang  rendah  dan  gangguan  tumbuh kembang fisik (stunting) (Nirmala, 2012).
Siswa   yang mengalami  anemia  dengan  tumbuh kembang yang  kurang  sesuai  dengan  usianya menunjukkan   kejadian   anemia   berkaitan dengan  kejadian  stunting  pada anak.
Stunting merupakan kondisi dimana seorang anak mengalami kegagalan tumbuh kembang. Data WHO tahun 2020 prevalensi stunting sebesar 22%. Data terakhir Kementerian Kesehatan  menyebutkan pada tahun 2021 angka kejadian stunting di Indonesia sebesar 24,4%.
Di lain sisi, sembilan dari 12 penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan hemoglobin rendah berisiko melahirkan bayi baru lahir dengan pertumbuhan terhambat. Peneliti  menyebutkan  dalam  telaah eksperimennya  bahwa  ibu  dengan anemia/haemoglobin rendah  saat  kehamilan memiliki  resiko sebesar  15  kali  melahirkan  anak Stunting.
Selain itu, pemberian  ASI menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan. ASI  merupakan  sumber  makanan  penting  yang  dapat  memenuhi kebutuhan gizi anak dalam proses tumbuh kembangnya. Salah satu kandungan penting ASI selain antibodi untuk kekebalan tubuh Anak, ASI juga mengandung kalsium yang lebih baik untuk menunjang pertambahan tinggi badan anak.
Masalah  kesehatan  yang  timbul  akibat stunting yaitu  penyakit  diabetes  dan  obesitas dikarenakan sistem  metabolisme  tubuh  yang  tidak  maksimal. Stunting berpengaruh pada  tingkat  intelektual anak.  Anak  dengan  status  gagal  tumbuh cenderung  memiliki intelektual  yang  kurang  optimal  dimana  hal  tersebut  akan  mengurangi tingkat produktivitas  anak  dalam  jangka  panjang
Salah satu intervensi yang direkomendasikan untuk mencegah stunting pada anak usia sekolah adalah deteksi dini anemia. Upaya peningkatan kesehatan baik pada ibu hamil maupun anak tentunya perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya